Samarinda, nomorsatukaltim.com - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim menyoroti pengelolaan air bersih oleh perusahaan daerah yang belum mampu memenuhi harapan masyarakat. Keluhan soal air bersih disampaikan hampir setiap daerah saat Anggota DPRD Kaltim melakukan reses. Tak terkecuali di Samarinda.
Anggota DPRD Kaltim daerah pemilihan (dapil) Samarinda, Nidya Listiyono turut mendapat keluhan sama, hampir diseluruh wilayah yang dia kunjungi.Menurutnya, sulitnya air bersih di Kaltim ini cukup menjadi beban tersendiri bagi masyarakat. Terkhusus pada warga di wilayah padat pemukiman, pedalaman, dan dataran tinggi.
Kata dia, semestinya dari Pemda menurunkan tim ahli untuk dapat menelusuri kendala-kendala di lapangan tersebut secara langsung. Kemudian, harus mengetahui kapasitas dari alat yang dimiliki oleh daerah, layak atau tidaknya atau mungkin terjadinya kebocoran air.
Tio mengatakan dalam penyelesaian masalah ini perlu di dicari tau titik masalahnya terlebih dahulu. Jika sudah diketahui, dapat dipelajari dan segera mencari solusinya. Kemudian, lanjut dia, perlu di petakan terlebih dahulu daerah-daerah mana saja yang bermasalah dengan air bersih. Ditelusuri siapa penyedia air bersih hingga kini.
Karena beberapa tempat itu ternyata ada yang dari perusahaan swasta. "Pertanyaannya kemudian, kenapa swasta bisa sedangkan Pemda ga bisa," Ungkapnya ketika dikonfirmasi media ini.Diketahui, di beberapa titik di Samarinda justru terdapat perusahaan air minum berbentuk swasta yang telah berlangsung dengan cukup lama.
"Kalau sudah lama itu kan ga mungkin swasta rugi, pasti untung makanya bertahan. Jadi sebenarnya terkait ini mudah penyelesaiannya," kata Tio sapaannya Pemecahan permasalahan, kata dia, selain mencari tau titik masalah dan upaya penyelesaiannya. Sumber daya manusia (SDM) pun perlu untuk ditingkatkan kapasitasnya.
"Jangan sampai ada anggaran tapi SDM kitanya yang tidak siap," ucapnya.Beber Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Kaltim ini bahwa tidak hanya di Samarinda yang mengalami kondisi kesulitan air, namun juga terjadi di wilayah-wilayah lainnya. "Hanya saja, persentasenya saja yang berbeda," pungkasnya. (aaa)