Dalam setahun terakhir. Ada satu cabang olahraga yang kecepatan berkembangnya selaju wabah virus corona. Cabor itu bernama e-Sport. Namun seiring ledakan besarnya. E-Sport telah mencapai satu level masalah. Yang bakal menempa para pemainnya. Yang bakal menentukan, apakah e-Sport layak masuk jajaran olahraga prestasi.
BERSTATUS sebagai pendatang baru. E-Sport sebenarnya boleh berbangga. Karena pemainnya mungkin sudah sebanyak pemain sepak bola. Olahraga paling top sejagad raya itu.
Gemanya juga tak hanya di kota-kota besar saja. Di Kaltim pun progresnya sangat terasa. Karena untuk sampai disebut gamer pun tak perlu memiliki atribut segambreng. Cukup punya konsol ataupun ponsel. Ada paket data, yang entah dibeli dengan uang sendiri ataupun pemberian orang tua. Mengunduh satu atau beberapa gim yang tengah populer macam PUBG Mobile ataupun Mobile Legends. Memainkannya, dan … beres.
Melimpahnya gamer di Kaltim, lalu berimbas pada rantai ekonomi. Banyak event organizer yang entah sudah lama mapan sebagai spesialis penyelenggara kejuaraan olahraga. Ataupun EO dadakan. Melihat ini sebagai potensi. Berbondong-bondonglah mereka menggelar kejuaraan. Dengan skala dan level yang berbeda-beda pula.
Sejujurnya, ini positif. Untuk pemain gim, banyaknya kejuaraan berarti mereka punya alasan besar untuk menggeluti gim kegemaran mereka. Bisa mengubah energi; dari bermain yang hanya buang-buang waktu, menjadi ajang mencari penghasilan tambahan. Atau bisa juga sebagai mata pencaharian utama (tidak berlaku bagi noob).
Pun bagi dunia usaha. Selain EO, rumah-rumah makan, kafe, ataupun tempat wisata bisa melakukan promosi melalui kejuaraan e-Sport. Perpaduan keduanya bisa sepositif itu, lho.
Dan simbiosis mutualisme itu telah berjalan. Kejuaraan e-Sport seolah tak berhenti digelar. Dari yang bersifat turnamen tunggal. Ataupun liga yang merupakan kompetisi berkelanjutan.
Banyaknya kejuaraan juga memicu tumbuhnya tim-tim e-Sport. Yang sayangnya, menurut IESPA, sejauh ini belum ada tim yang 100 persen profesional di Kaltim. Akan dibahas di sesi akhir berita ini.
Nah, berbicara soal kejuaraan. Ternyata, ada hal yang telah menjadi duri dalam perkembangan e-Sport di Kaltim beberapa waktu terakhir ini. Beberapa kejuaraan diketahui lamban membayar hadiah untuk tim/pemain juaranya. Sepintas ini adalah masalah sepele, tapi kalau kejadiannya banyak dan berulang. Bisa menjadi gunung es!
Berawal dari unggahan akun Instagram nomorsatuesport pada 8 April 2021. Saat itu, mereka menyoroti soal pembayaran kewajiban. Yang dalam keterangannya menyebut 4 hal; pembayaran gaji pemain, pembayaran pendaftaran event, pembayaran hadiah turnamen, dan pembayaran lainnya.
Tak dinyana, unggahan itu ramai diserbu oleh pegiat e-Sport dari berbagai daerah di Kaltim. Meski nomorsatuesport menyebut 4 kewajiban bayar di atas. Namun kebanyakan player atau tim e-Sport yang ke-trigger perihal pembayaran hadiah turnamen.
Menurut pengakuan beberapa akun, cukup banyak turnamen yang belum menyelesaikan kewajiban membayar hadiah pada para pemenangnya. Dan telah terjadi untuk kurun waktu yang cukup lama. Berulang. Dan meresahkan. Namun belum ada yang berani memulai untuk membahasnya.
Meski tak memiliki korelasi horizontal dengan nomorsatuesport. Nomorsatukaltim.com tertarik untuk menyelami masalah ini. Bukan untuk mencari siapa yang salah dalam konflik ini. Bukan untuk mencari dan menghakimi para penyelenggara kejuaraan yang abai pada kewajibannya. Tapi untuk mencegah permasalahan serupa kembali terjadi dan terus berulang. Agar perkembangan e-Sport di Kaltim bisa berjalan dengan semestinya. Simak liputan khas nomorsatukaltim.com berikut.
Hadiah Adalah Amunisi, Jangan Ditunda
TIGA bulan lalu, tim e-Sport asal Kota Tepian, Cronos e-Sport Samarinda. Berhasil mengakhiri sebuah turnamen PUBG Mobile yang diselenggarakan di salah satu tempat wisata. Kala itu, mereka tentulah bangga. Kegembiraannya baru usai setelah beberapa waktu ke depan.
Memang hanya turnamen kecil. Tapi juara tetaplah juara. Selalu ada rasa bangga. Namun seiring euforia telah berakhir. Obrolan soal jalannya kejuaraan telah habis. Satu hal yang dinanti-nantikan belum juga hadir. Apa itu? Ya, hadiahnya.