Pemilik Cronos Samarinda, Mohammad Arbain ketika ditemui secara eksklusif oleh media ini bilang. Bahwa hingga wawancara tersebut dilakukan pada 19 April lalu. Hadiah turnamen itu belum juga diberikan. Berkali-kali ditanyakan pada penyelenggara, dan jawabannya selalu sama; dana dari sponsor belum cair. Lah?
Arbain pun sampai lelah hanya diberi janji dan janji lagi. Padahal untuk tim kecil seperti mereka. Hadiah dari turnamen-turnamen seperti itu. Layaknya sebuah amunisi. Tak hanya untuk menambal kantung. Tapi juga untuk memupuk semangat para pemainnya.
"Nah di sini tim kami juara 1 dan sampai dengan ini belum terbayar hadiahnya. Sudah jalan bulan ketiga ini."
"Masalahnya kami ini hanya kenal pembawa acaranya itu saja yang sampai saat ini kami hubungin soal hadiahnya kapan bisa dibayar," kata Bain.
Alasan dari penyelenggara soal mereka pun belum menerima secara penuh uang dari sponsor. Menurut Bain, itu bukan lagi menjadi urusan peserta, terutama pemenang. Karena ketika penyelenggara sudah ‘Teng’ turnamen digelar. Sejak saat itu, peserta tahunya semua sudah beres.
Terlebih kata Bain, yang juga pernah membuat turnamen e-Sport. Kebanyakan sponsor membayar uang sebelum turnamen digelar. Berangkat dari situ, Bain sendiri tak tahu. Apakah benar penyelenggara digantung oleh pemberi sponsor. Atau karena buruknya pengelolaan turnamen. Yang jelas, kejadian seperti ini sangatlah merugikan pemain dan tim.
"Alasannya sih katanya itu dana dari sponsor belum cair. Makanya belum bisa dibayarkan hadiah kami itu. Cuma itu sangat di sayangkan karena event seperti ini harus mengalami kendala seperti itu."
"Kalau boleh jujur, bukan berarti sombong ya. Bukan soal besaran hadiahnya sih, tapi setidaknya kan harus sudah direncanakan itu hadiah. Karena saya juga pernah buat event e-Sport kecil-kecilan. Sedikit banyak tahu lah."
"Misalkan, kita tentukan besaran hadiahnya sekian. Nah, kita sudah bisa kalkulasikan pendapatan dan pengeluarannya. Setahu saya juga dana sponsor diterima di depan. Tapi enggak tahu ya dengan event itu."
"Soal kesel pastilah ya. Secara kami bertanding kan berharap hadiah. Sekali lagi bukan besar kecilnya. Tapi jangan sampai ada turnamen e-Sport yang ujungnya terlambat bayar hadiah, dan akhirnya mematahkan semangat anak-anak yang main. Intinya pemain jangan dicurangi, itu saja," katanya.
Cronos Samarinda sendiri terbentuk sejak 2016 lalu. Dengan Arbain adalah pemilik tim. Yang sampai saat ini sudah memiliki empat tim PUBG dan Mobile Legend. Tentunya sudah banyak sekali ikut turnamen e-Sport yang terselenggara di Kaltim. Di seri selanjutnya, gamer Samarinda lainnya, Muhammad Sultan Fajar punya pandangannya terhadap masalah ini. Sementara pengamat olahraga Dandri Dauri, punya gagasan agar konflik ini tak berulang. Dan agar e-Sport di Kaltim bisa berlari menuju prestasi. Kita lanjut besok ya. (frd/fdl/ava)