Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, pasukan Armenia menembaki wilayah sipil negaranya.
“Angkatan bersenjata Armenia secara intensif menembaki daerah-daerah berpenduduk di distrik Geranboy, Terter, Agdam, Agjaberdi, dan Fizuli. Azerbaijan melakukan tindakan balasan,” kata Kementerian Pertahanan dalam pernyataan.
Armenia dan Azerbaijan menyetujui gencatan senjata pada Sabtu dini hari, setelah dialog selama 11 jam yang dimediasi oleh Rusia di Moskow.
Pertempuran sengit di wilayah Kaukasus itu telah merenggut ratusan nyawa, memaksa ribuan orang mengungsi, dan menimbulkan ketakutan akan perang besar-besaran yang dapat menyedot kekuatan regional Turki dan Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, kedua pihak telah sepakat untuk memulai “perundingan substantif” untuk mengakhiri konflik atas Karabakh, daerah kantong etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan selama perang 1990-an yang menewaskan sekitar 30 ribu jiwa.
***
Pemerintah Azerbaijan mengklaim serangan yang dilancarkan oleh pasukan Armenia pada Sabtu malam menyebabkan 7 orang tewas. Serangan dilancarkan sehari setelah kedua pihak menyetujui gencatan senjata.
“Sebuah serangan rudal baru oleh pasukan Armenia di kawasan permukiman menyebabkan 7 orang tewas dan 33 terluka. Termasuk anak-anak,” tulis Kementerian Luar Negeri Azerbaijan melalui akun Twitter-nya, melansir AFP.
Seorang jurnalis AFP di Stepanakert, ibu kota wilayah Nagorno-Karabakh, melaporkan telah mendengar suara ledakan keras sepanjang malam.
Akibat serangan-serangan ini, kedua pihak saling tuding telah mengabaikan kesepakatan gencatan senjata. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, pasukan Armenia menembaki wilayah sipil negaranya. Begitu juga sebaliknya.
***
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan sempat berbagi platform dalam pertemuan langka yang mempertemukan kedua belah pihak di Konferensi Keamanan Munich pada Februari lalu.
Keduanya diminta untuk memberikan gambaran sejarah Nagorno-Karabakh. Tapi itu tidak berakhir dengan baik. “Untuk berbicara tentang bagaimana menyelesaikan konflik, pertama-tama kita perlu kembali dan melihat masalah sejarah,” kata Aliyev dengan alasan “kebenaran sejarah” menunjukkan Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan.
Tapi Pashinyan menegaskan, wilayah itu hanya menjadi bagian dari Azerbaijan. Karena keputusan yang diambil pada tahun-tahun awal Uni Soviet.
“Saya akan meminta Presiden Aliyev untuk tidak pergi terlalu jauh ke dalam sejarah,” balas Pashinyan seperti dikutip dari AFP.
Perdebatan tersebut menunjukkan hal yang gamblang tentang betapa perbedaan pandangan sejarah dapat menghalangi pencarian solusi dalam konflik paling sulit yang ditinggalkan pasca keruntuhan Uni Soviet.