Maria (42), pengrajin manik-manik di Desa Pampang yang hadir sebagai peserta, mengaku belajar secara otodidak. Melalui kegiatan tersebut, ia ingin mengetahui secara jelas tentang digitalisasi pasar yang saat ini mulai digeluti publik.
Ia juga mengikuti kegiatan tersebut karena dilatari keinginan untuk memanfaatkan waktu luang. “Sebelum corona, banyak event yang kita geluti. Tapi saat ini semua turun,” katanya.
Saat ini, dia memanfaatkan aplikasi pesan instan atau WhatsApp untuk memudahkan pemasaran. Kemudian untuk penggunaan aplikasi, Maria tidak terlalu kebingungan. “Jika ada cara yang lebih mudah dan cepat, kenapa tidak? Biar tidak jadul,” lugasnya.
Penurunan omzet juga dialami Maria. Barang dagangannya di Desa Pampang hanya terjual sedikit. “Penurunan harga kita lakukan sedikit. Itu pasti. Tapi tidak drastis,” sambungnya.
Anindya Monika Putri (24), pengusaha yang bergerak di bidang handycraft, juga memberikan tanggapan. Dia menyebut, program seperti ini bisa memberikan manfaat baginya. Agar lebih mudah memperluas usahanya. “Saya bergerak di UMKM florist. Sudah hampir setahun. Di sini banyak ilmu yang saya dapatkan,” ucapnya.
Anindya mengaku akan menggunakan QRIS. Sebelumnya, dia hanya melakukan transaksi dengan cara langsung transfer ke rekening pribadi.
“Saya sudah ingin coba (QRIS). Tapi belum ada arahan. Nah, semoga setelah ikut kegiatan ini bisa membantu dan ada manfaatnya di usaha saya,” pungkasnya. (nad/qn)