JAKARTA, nomorsatukaltim.com – Kontrak jual beli LNG tertua di Indonesia harus pupus. Konsorsium perusahaan Jepang atau Western Buyer Extention (WBX) memutuskan tak memperpanjang kontrak pembelian LNG yang dipasok dari Kilang Badak LNG di Bontang.
Arief Setiawan Handoko, Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan kontrak dengan WBX berakhir di Desember 2020 dan tidak diperpanjang lagi.
“Pembeli eksisting saat ini menyatakan tidak ada kebutuhan tambahan untuk 2021,” kata Arief.
Kontrak penjualan LNG terhadap lima perusahaan Jepang atau biasa disebut WBX dimulai sejak Desember 1973. Kilang Badak menjadi salah satu pemasok terbesar LNG di dunia untuk lima perusahaan sekaligus, yakni untuk Chubu Electric Co., Kansai Electric Power Co., Kyushu Electric Power Co., Nippon Steel Corp, dan Osaka Gas Co. Ltd.
Kontrak jual beli LNG secara terpisah kembali ditandatangani dengan Toho Gas Co pada 1981. Kemudian pada 2009 Pertamina dan para perusahaan Jepang sepakat agar kontrak jual beli LNG menjadi satu kontrak.
Selama ini WBX mendapatkan pasokan LNG dari kilang LNG Bontang yang dikelola PT Badak NGL. Kilang LNG Bontang merupakan kilang LNG pertama di Indonesia. Semula Badak LNG dikuasai PT Pertamina (Persero) sebesar 55 persen. Sisanya, dikuasai Vico Indonesia 20 persen, Japan Indonesia LNG Co (JILCO) 15 persen, dan Total E&P Indonesie (TEPI) 10 persen.
Namun pada tahun 2019, Pertamina melalui anak usahanya, PT Pedeve Indonesia telah menandatangani Conditional Share Sale and purchase agreement (CSPA) dengan PT Japan Indonesia LNG Co Ltd (JILCO) untuk mengakuisisi 15 persen saham JILCO di PT Badak NGL. Dengan membeli saham JILCO, Pertamina Group kini menguasai 70 persen saham Badak. Sisanya, dikuasai VICO 20 persen, dan PT Total E&P Indonesie 10 persen.
Arief mengatakan setelah dilakukan negosiasi, satu perusahaan akhirnya sepakat untuk memperpanjang kontrak selama dua tahun. Hanya Kyushu Electric yang melanjutkan dengan kontrak terpisah untuk 2021-2022.
“Toho Gas hingga saat ini belum menyatakan adanya tambahan demand untuk melanjutkan kontrak WBX tersebut,” ungkap Arief.
SKK Migas sebenarnya sudah berusaha untuk mencari alternatif pembeli LNG selain WBX sejak 2019 lalu, lantaran belum ada tanda-tanda perpanjangan kontrak kala itu. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebagai subholding gas yang kini menangani bisnis LNG Pertamina juga sudah melakukan beberapa perjanjian jual beli LNG.
Tahun ini seharusnya sudah ada pengiriman LNG ke Tiongkok. Hanya saja pandemi COVID-19 membuat pengiriman lima kargo LNG yang sudah dipesan oleh Sinopec harus ditunda hingga tahun 2021 mendatang.(de/zul)