Bertumpu pada Marketing Langit

Jumat 11-09-2020,15:33 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Santi memperlihatkan outlet Es Teler Dioji yang bertempat di Balikpapan. (DARUL ASMAWAN/ Nomorsatukaltim)

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Tidak banyak pelaku usaha, khususnya di sektor UMKM, yang mampu bertahan dan mencatatkan pertumbuhan di tengah gulungan badai pandemi COVID-19. Dianti, salah satu yang melakukannya. Dia adalah pemilik usaha Es Teler Dioji di Balikpapan.

Kepiawaiannya mengelola usaha memang tak diragukan. Perempuan yang akrab disapa Santi itu memiliki semuanya. Untuk menjalankan usaha: marketing skill, manajemen, pencatatan keuangan, dan komunikasi.

Pengalaman hidupnya yang panjang membuatnya lebih tenang menghadapi ketidakpastian ekonomi. Pandemi justru membuatnya berhasil menunjukkan kapasitasnya berwirausaha.

Wabah virus corona membuat usaha es teler yang digelutinya anjlok. Pada fase awal SARS-CoV-2 merebak, omzetnya turun 50 persen. Kemudian jatuh 80 persen ketika pemerintah mengampanyekan work from home.

“Bayangkan itu menurun 80 persen?” cetus Santi kala ditemui awal pekan ini di salah satu outlet es teler miliknya. Biasanya dia menjual sehari 60 sampai 70 cup es teler. Kini hanya 8 cup per hari.

Dalam situasi itu, Santi mengaku tak bisa melakukan banyak hal. Tapi ia tetap berusaha menguatkan strategi “marketing langit”. Bukan teori-teori manajemen bisnis lagi. Yang dia maksud “marketing langit” adalah kekuatan doa dan sedekah.

Santi mengungkapkan, alasan satu-satunya tidak menyetop usaha meski dalam keadaan merugi ialah pekerjanya. “Saya fokus memikirkan karyawan saja waktu itu. Karena ada karyawan saya yang perantauan,” ungkapnya.

Walau begitu, keputusan Santi itu telah dipikirkannya dengan matang. Dia berembuk dengan suaminya yang juga masih berupaya mencari pekerjaan. Keduanya sepakat untuk bertahan hidup dari tabungan. Untuk sementara waktu. Karena waktu itu, menurutnya, wabah pandemi tidak bertahan lama. Dia mengira hanya akan berlansung 3-4 bulan. Kemudian setelah itu berakhir.

Perkiraan Santi dan suaminya ternyata meleset. Sudah sekitar 6 bulan wabah belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Hal itulah yang membuat Santi berpikir ulang. Dia pun memilih belajar lagi. Berusaha memahami situasi. Ia terus menggali berbagai potensi di masa-masa paceklik ini.

“Awal-awal pandemi memang sempat syok. Saya berpikir, mungkin memang disuruh istirahat dulu. Jadi, ya sudah. Sambil belajar lagi. Marketing langit dikencangin. Itulah salah satu pembuka pintu rezeki,” ujar dia.

Akhirnya, Santi menemukan ide segar: jualan produk-produk makanan frozen. Ia menganalisa, permintaan produk tersebut tinggi. Penjualannya pun tidak sulit.

Tentu saja untuk memulainya ada risiko. Namun, inilah titik pembuktian kapasitasnya. Ide itu segera dieksekusinya. Santi menghubungi teman-temannya yang memproduksi berbagai varian makanan frozen.

Awalnya, dia menawarkan konsinyasi. Ia menjualkan dagangan teman-temannya sesama UMKM. Yang juga tengah kesulitan.

Terbukti. Produk-produk frozen itu laku terjual. Bahkan antusias pelanggan terus meningkat. Puncaknya, bulan Ramadan lalu: penjualan melejit.

Tags :
Kategori :

Terkait