Hingga Oktober 2025, DBD di Kaltim Tembus 3.647 Kasus dengan 11 Orang Meninggal Dunia
Ilustrasi pasien demam.-istimewa-
BACA JUGA: Kasus DBD di Bontang Naik, 2 Pasien Meninggal Dunia
Karena itu, selain disiplin menerapkan prosedur standar, tenaga medis juga diingatkan untuk lebih waspada terhadap pasien dengan komorbid.
Meski penanganan medis terus ditingkatkan, Jaya menekankan bahwa pencegahan tetap menjadi kunci utama. Masyarakat diimbau aktif memberantas sarang nyamuk dengan menggalakkan gerakan 3M Plus.
"Gerakan 3M Plus harus dilakukan rutin dan berkelanjutan. Menguras penampungan air, menutup rapat wadah penyimpanan, serta mendaur ulang barang bekas adalah langkah dasar. Tambahan seperti kelambu, obat nyamuk, dan fogging fokus juga membantu menekan populasi Aedes aegypti," ujarnya.
Menurutnya, tanpa partisipasi masyarakat, intervensi medis tidak akan cukup efektif. Menjaga kebersihan lingkungan terutama di musim hujan diyakini sangat menentukan keberhasilan pengendalian DBD.
BACA JUGA: Musim Hujan Bisa Jadi Ancaman Serius Kasus DBD, Dinkes Berau Catat 8 Bulan 33 Kasus
Secara nasional, kasus DBD terus menjadi masalah serius. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan lebih dari 100 ribu kasus tercatat sepanjang 2024, dengan ribuan kematian tersebar di berbagai daerah.
Iklim tropis, curah hujan tinggi, dan kepadatan penduduk memperburuk situasi.
Kaltim menghadapi tantangan tersendiri karena kondisi geografis yang beragam. Kawasan perkotaan padat seperti Balikpapan dan Samarinda menghadapi risiko berbeda dengan wilayah pedesaan yang akses layanan kesehatannya terbatas.
Ditambah lagi, mobilitas penduduk yang tinggi, terutama di daerah industri dan penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), meningkatkan potensi penyebaran penyakit.
BACA JUGA: Kasus DBD di Paser Naik, Dinkes Pastikan Proses Penanggulangan Berjalan
"Mobilitas masyarakat di Kaltim tinggi. Kalau tidak diimbangi dengan sistem kewaspadaan yang baik, maka risiko penyebaran penyakit semakin besar," kata Jaya.
Untuk mengatasi persoalan ini, Dinkes Kaltim berencana memperkuat surveilans epidemiologi, memperbanyak kampanye kesehatan, serta mengaktifkan peran kader di tingkat RT dan kelurahan.
"Yang paling penting adalah deteksi dini. Setiap kelurahan harus punya sistem pemantauan, dan setiap warga harus peduli dengan lingkungannya. Dengan begitu, kita bisa menekan angka kematian sekaligus mencegah ledakan kasus baru," tutur Jaya.
Ia menambahkan, masyarakat harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami demam tinggi mendadak, nyeri otot, atau tanda-tanda perdarahan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
