Kasus TBC Samarinda Masih Tinggi, Dinkes Bentuk Tim di Seluruh Kecamatan
Ilustrasi anak mengidap TBC.--
Selain menjadi bagian dari SPM, percepatan penanganan TBC kini juga masuk dalam program prioritas nasional Presiden Prabowo Subianto.
Hal ini membuat pemerintah daerah harus memperkuat strategi pengendalian, baik dari sisi deteksi maupun edukasi masyarakat.
Meski demikian, tantangan terbesar tidak hanya pada tingginya angka kasus, tetapi juga rendahnya kesadaran warga untuk memeriksakan diri dan menyelesaikan pengobatan.
Stigma sosial membuat sebagian penderita enggan menjalani pemeriksaan atau menolak terapi pencegahan TBC laten.
Untuk mempercepat penanganan, Dinas Kesehatan Samarinda mengandalkan kader TBC yang tersebar di 10 kecamatan.
Kader tersebut dibentuk oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI).
“Kita punya kader TB di sepuluh kecamatan. Polanya mirip kader posyandu, mereka menggerakkan masyarakat agar mau memeriksakan diri,” kata Ismed.
Program ACF yang dijalankan sejak awal tahun turut diperkuat dengan dukungan pendanaan dari Bank Dunia.
Pemeriksaan dilakukan langsung ke permukiman warga agar kasus bisa ditemukan lebih cepat.
Jika teridentifikasi TBC, pengobatan awal wajib dilakukan di fasilitas kesehatan.
Samarinda juga tercatat sebagai salah satu dari tiga kota dengan kolaborasi terbanyak bersama klinik swasta dalam upaya skrining TBC.
Semakin cepat kasus ditemukan, semakin besar peluang mencegah komplikasi berat, termasuk pada penderita HIV yang juga memerlukan pengobatan sedini mungkin.
Lonjakan kasus di Kecamatan Palaran membuat wilayah tersebut kini mendapatkan perhatian khusus. Pemerintah kota menilai intervensi dan penguatan edukasi masyarakat harus lebih intensif.
"Beban kasus yang tinggi dapat menjadi indikator kuatnya stigma dan rendahnya keterlibatan warga dalam proses pengobatan, Semakin cepat ditemukan, semakin cepat diobati,”pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
