OTG Diduga Berkeliaran

OTG Diduga Berkeliaran

Iswahyudi

Tanjung Redeb,Disway – Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 kembali merilis kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Bumi Batiwakkal, Selasa (7/7). Diduga, ada Orang Tanpa Gejala (OTG) yang menularkan.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Berau, Iswahyudi mengatakan, berdasarkan pemeriksaan sampel atau swab test yang dilakukan di RSUD dr Abdul Rivai 6 Juli, pihaknya mendapatkan hasil positif COVID-19, terhadap pria berinisial JS (49), warga kelurahan Bedungun, dan selanjutnya disebut Berau-45.

Yang mengejutkan, berdasarkan penelusuran, pria tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan dari daerah terpapar, atau bahkan kontak erat dengan pasien positif.

Diungkapkan Iswahyudi, Berau-45 ini, memiliki gejala pneumonia yang cukup berat saat melakukan pemeriksaan karena sakit. Sehingga dilakukan foto rontgen, dan hasilnya pun cukup buruk, diputuskan untuk dirujuk ke RSUD dr Abdul Rivai, dilakukan swab.

“Kami belum tahu, apakah paru-parunya itu terpapar oleh COVID-19 atau karena hal lain. Bisa saja karena rokok. Tapi kami belum dapat informasi yang bersangkutan seorang perokok atau bukan,” jelasnya kepada Disway Berau, Selasa (7/7).

Iswahyudi menduga, bahwa virus itu dibawa oleh Orang Tanpa Gejala (OTG) yang masuk ke Bumi Batiwakkal hanya bermodalkan surat keterangan kesehatan dan Rapid Diagnostic Test (RDT) non-reaktif.

“Hingga saat ini, yang bersangkutan tidak ada riwayat perjalanan dari luar daerah. Berarti ada kemungkinan virus itu masuk ke Berau dibawa oleh OTG,” bebernya.

Diakuinya, sedang melakukan tracing terhadap kasus ini. Dengan adanya kemungkinan bahwa virus itu dibawa oleh pelaku perjalanan yang tidak terjaring, maka pihaknya pun berencana melakukan pendataan kembali terhadap orang yang datang ke Berau.

“Kemungkinan kami akan mencari kembali semua orang yang masuk Berau bermodalkan RDT non-reaktif. Kemudian dilakukan swab. Itu adalah langkah aman,” katanya.

Adanya OTG yang tidak terjaring oleh petugas kesehatan, membuat potensi Berau menjadi zona hitam cukup besar. Namun, pihaknya tidak berharap demikian.

“Semoga saja tidak terjadi,” ungkapnya.

Selain akan melakukan tracing terhadap pelaku perjalanan.

Pihaknya pun akan melakukan tracing terhadap orang-orang yang memiliki kontak erat dengan pasien terkonfirmasi tersebut. Total, sekira 30 orang akan dilakukan swab.

“Kami akan melakukan pemeriksaan di klinik tempatnya awal berobat, keluarganya dan tempat kerjanya,” tegasnya.

Lanjut Iswahyudi, pihaknya belum berkoordinasi dengan tim gugus tugas Berau, terkait diperketatnya persyaratan masuk.

Karena, masih mengumpulkan data dan tracing kembali.

“Kalau sudah ada data, baru bisa diambil kebijakan. Apakah nanti harus Polymerase Chain Reaction (PCR) negatif atau masih tetap menggunakan RDT,” ungkapnya.

Mengklarifikasi soal informasi yang beredar. Bahwa ada salah seroang pelaku perjalanan di Balikpapan yang diduga terpapar COVID-19 di Berau. Pihaknya menegaskan bahwa yang bersangkutan tidak terpapar akibat transmisi lokal.

“Kasus yang di Balikpapan itu bukan karena transmisi lokal.
Tapi yang bersangkutan adalah pelaku perjalanan yang juga seorang pekerja di perusahaan migas,” pungkasnya.

Bisa-Bisa Akses Dibatasi Lagi
Adanya penambahan kasus yang diakibatkan oleh OTG, menjadi kekhawatiran bagi masyarakat Berau. Hal itu diutarakan Ketua Komisi I DPRD Berau, Feri Kombong.

“Kalau sudah begini, semua jadi waswas,” ujarnya kepada Disway Berau, Senin (7/7).

Dia mengungkapkan, telah menyarankan untuk mewajibkan setiap orang yang masuk Berau harus PCR negatif. Karena, dikhawatirkan, mayoritas yang masuk adalah OTG.

Menurutnya, RDT tidak bisa menjamin seseorang terbebas dari COVID-19.

“Akhirnya jadi seperti ini kalau hanya bermodalkan RDT non-reaktif,” ungkapnya.

Pihaknya pun akan terus mendorong gugus tugas untuk mengubah surat edaran yang mengatur persyaratan masuk Berau.

“Kami sudah menjadwalkan untuk melakukan pertemuan dengan gugus tugas,” katanya.

Dikatakannya, untuk lebih aman, setiap pelaku perjalanan harus dilakukan swab ditempat awal keberangkatan dan setibanya di Berau.

“Memang seharusnya dua kali. Sebelum berangkat dan di sini juga diswab. Jadi aman,” ungkapnya.

Swab dua kali itu dirasa penting untuk kenyamanan dan keamanan masyarakat Berau. Menurutnya, protokol ataupun aturan yang ketat harus segera dilaksanakan.

“Seharusnya semua sudah sembuh. Dengan belum adanya aturan tersebut, maka Berau kembali terbebani dengan penambahan kasus. Padahal mayoritas itu semua pendatang,” bebernya.

Menurutnya, OTG adalah hal yang paling membahayakan. Pasalnya, OTG sama sekali tidak menunjukkan gejala.

“Siapa yang tahu orang yang berhadapan dengan kita semua adalah orang yang membawa virus,” ungkapnya.

Dengan adanya kasus ini, menurutnya Berau bisa saja kembali dilakukan pembatasan akses. Disampaikannya, untuk melakukan tracing terhadap OTG, akan membutuhkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

“Bisa saja dilakukan pembatasan akses lagi, kalau penambahan kasus yang terjadi peningkatannya cukup signifikan,” tegasnya.

Tersebarnya OTG di Berau, bisa saja menjadi penyebab adanya transmisi lokal. Jika Dinas Kesehatan memiliki rencana untuk melakukan swab terhadap seluruh pelaku perjalanan yang ada di Berau. Maka pihaknya sangat mendukung.

“Itu langkah yang sangat baik. Kami akan mendukung itu,” pungkasnya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: