Pasar Segiri Adalah Kunci Penanganan Banjir di Samarinda
BUKAAN LAHAN
Penyebab lain dari banjir besar kali ini adalah, karena kondisi SKM yang mengalami sedimentasi. Hal itu akibat permukiman penduduk di bantaran sungai. Dan turut menghambat laju air, karena terjadi penyempitan lebar sungai.
Perjalanan air dari Benanga hingga Muara Sungai Mahakam, kini kurang lebih harus memakan waktu sampai 8 hingga 10 jam. Tak seperti dahulu, yang hanya membutuhkan waktu 5 jam.
"Luasan genangan ini lebih besar dari dua peristiwa banjir besar di tahun 2019 dan Awal tahun 2020. Karena hujannya sangat luar biasa. Untungnya hujan di bagian kota tidak terlalu besar. Kalau terlalu besar bisa tambah parah lagi," ucapnya.
Sementara itu, dijelaskan Eko, limpasan air pada banjir kali ini makin cepat masuk ke Waduk Benanga akibat adanya pembukaan lahan. Menurut Eko Wahyudi, tim Satgas pengendali banjir telah memeriksa kondisi waduk melalui foto udara. Air keruh memenuhi hampir di setengah wilayah bendungan.
Eko mengatakan, dari penelusuran asal air keruh itu dari hulu Sungai Dam yang bermuara di Benanga. Sungai ini masuk sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) Pampang yang berhulu di air terjun Berambai.
Lahan di dekat air terjun tersebut diduga sedang dibuka pemilik lahan. Aliran tersebut menambah sedimentasi sehingga mengurangi kapasitas Waduk Benanga.
"Di tiga aliran hulu sungai Waduk Benanga itu telah terjadi pembukaan lahan. Sehingga air yang melimpah mengalirkan sedimen. Dan sangat nampak air mengalami perbedaan warna saat itu," ungkapnya.
"Untuk anak sungai yang mengalir dari air terjun berambai ada potensi rencana dibangun bendungan sesuai dokumen masterplan banjir. Akan dibangun untuk mengurangi beban air yang masuk ke Waduk Benanga," sambungnya.
PENYEMPITAN SKM
Eko menerangkan, meluapnya SKM kali ini terbilang tidak biasa. Pasalnya, di muara yakni badan Sungai Mahakam, permukaan air justru biasa-biasa saja. Ketinggian Sungai Mahakam pun normal, tidak sampai meluap.
Kondisi itu disebabkan aliran SKM dari Waduk Benanga tertahan di permukiman bantaran SKM di belakang Pasar Segiri.
Hasil telaahnya didasari dari fakta bahwa kawasan yang terendam seluruhnya dari Pasar Segiri ke arah hulu. Sementara dari Pasar Segiri ke arah hilir, ketinggian air Karang Mumus normal.
Tinggi muka air di Sungai Karang Mumus antara segmen Jalan Dr Soetomo dengan segmen muara pun berbeda. Menurut Eko, perbedaan ketinggian ini mencapai 2 meter.
"Dari data yang dihimpun Satuan Tugas (Satgas) Banjir Balai Wilayah Sungai, aliran SKM di Jalan Dr Soetomo meluap ke jalan hingga permukiman, tapi di bagian muara setelah Jembatan Baru ketinggian air SKM berbeda hingga dua meter. Jadi air di muara rendah, kemudian beberapa kali mengalami pasang tinggi di TMA 2,2 meter," jelasnya.
SKM kini mengalami sedimentasi sangat tinggi. Pemerintah Provinsi Kaltim sempat melakukan pengerukan sedimen di Kawasan depan Gang Nibung, dengan melibatkan TNI. Namun hasilnya tidak begitu berarti, lantaran relokasi dan normalisasi di permukiman Pasar Segiri masih belum tersentuh.
Ia menerangkan, ke depannya pemerintah harus konsentrasi melakukan normalisasi dan pemasangan tanggul atau turap di sepanjang permukiman bantaran SKM segmen Jalan Ruhui Rahayu sampai dengan belakang Pasar Segiri.
"Jadi nampak sekali, ibaratnya air itu nyangkut atau tersumbat. Sehingga meluber kemana-mana. Itupun sangat nampak SKM mengalami penyempitan. Bisa dilihat dari Google Maps," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: