Fokus ke Lab. AWS Samarinda
Pemerintah Provinsi Kaltim ambil skala prioritas. Laboratorium yang akan digunakan untuk uji COVID-19 yakni milik Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda. April ini diharapkan peralatannya sudah bisa digunakan. ------------- PEMPROV Kaltim sudah menentukan. Dari tiga laboratorium yang memungkinkan untuk ditindaklanjuti sebagai tempat pengujian sample COVID-19, dipilih satu. Yakni laboratorium milik RS AWS Samarinda. Dari sisi peralatan masih baik. Juga terintegrasi dengan rumah sakit rujukan coronavirus disease di Kaltim. Bisa saja semua lab itu dilengkapi. Namun memerlukan waktu lama. Perlu dilakukan perbaikan. Sementara uji lab ini penting untuk percepatan pelatanan pasien dalam pengawasan (PDP) ataupun yang sudah dinyatakan positif. “Semua alat kan harus dikalibrasi dan memiliki standardisasi. Harus ada ruangan yang standar. Karena itu harus memiliki waktu yang lama. Untuk itu, kita berfokus hanya untuk yang di RSUD AWS,” kata Plt Sekertaris Provinsi (Sekprov) M Sa’bani, kepada Disway Kaltim, Senin (13/4). Dua laboratorium lainnya, yaitu milik Dinas Kesehatan Kaltim dan laboratorium Universitas Mulawarman (Unmul), yang memiliki alat Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)-- untuk mendeteksi COVID-19. Sesuai rekomendasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Kondisinya tidak memungkinkan. Milik Diskes sudah rusak. Sementara punya Lab.Unmul belum berstandar Biosafety Level (BSL) 2. Kini kondisi Laboratorium Terpadu milik Unmul juga dalam proses renovasi. Yang di RSUD AWS pun masih perlu di-upgrade alatnya. Sa’bani tidak mengetahui secara pasti waktu yang diperlukan untuk melakukan perbaikan itu. Karenanya untuk sementara waktu, lab AWS yang menjadi prioritas. “Pastinya belum tahu. Tapi, kalau mau lebih pasti, coba langsung ke Diskes saja,” katanya. Ia meminta, agar laboratorium untuk mendeteksi COVID-19 juga dibuat di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan. Informasi yang ia dapatkan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pun hanya RSUD AWS yang akan segera diinstal. “Janji mereka kan, minggu kedua bulan April. Tapi, kami tidak tahu pastinya kapan. Yang tahu itu hanya Diskes Kaltim, manajemen AWS dan dari kementerian sendiri,” tegasnya. Terkait anggaran, Sa’bani mengungkapkan, pembenahan laboratorium RSUD AWS ditanggung oleh anggaran pusat. Pemprov hanya melengkapi kebutuhan lainnya yang diperlukan. “Saya tidak mengetahui secara spesifik kebutuhan biaya yang diperlukan. Tapi, tidak terlalu banyak pastinya. Karena hanya melengkapi saja,” bebernya. Pemprov Kaltim mengalokasikan anggaran untuk percepatan penanganan COVID-19 itu sebesar Rp 388 miliar. Dari nominal tersebut, akan disisihkan untuk membeli perlengkapan laboratorium. Untuk melengkapi alat yang telah diinstal oleh Kemenkes nanti. “Tidak banyak yang disisihkan. Karena, kebutuhannya kan sedikit saja. Hanya melengkapi yang kurang. Tapi, segala teknisnya saya tidak mengetahui persis. Mereka (Manajemen RSUD AWS) yang mengetahui. Mereka lebih paham. Nominal itu, diperkirakan akan bertahan sampai tiga bulan mendatang. Tapi, mudah-mudahan wabah virus ini cepat selesai,” ungkapnya. TIDAK ADA PERBAIKAN Sementara itu, pelaksana tugas (Plt) Direktur RSUD AWS Samarinda dr David Masjhoer menyebut, tidak ada perbaikan laboratorium. Hanya dilakukan beberapa perubahan agar laboratorium yang dimiliki RSUD AWS saat ini sesuai standar yang telah ditentukan WHO. “Standar laboratorium yang kita miliki saat ini, yaitu BSL-2. Itu akan kami tingkatkan menjadi BSL-3. Kalau perbaikan tidak ada. Semua alatnya masih bagus semua. Hanya, memang standardisasi laboratoriumnya saja lagi yang harus di-upgrade,” terangnya. Terkait alat RT-PCR, alat tersebut sudah tersedia di rumah sakit pelat merah ini. Sejak wabah flu burung melanda beberapa waktu silam. Saat ini, alat tersebut pun digunakan untuk pengecekan HIV/AIDS dan TBC. Menurutnya, alat yang digunakan sama. Hanya saja modul aplikasi dan bahan pemeriksaannya yang berbeda. Alat tersebut merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan. “Alatnya sama saja. Tapi, modul aplikasi dan bahan pemeriksaannya yang kami tidak punya. Alat yang kami siapkan ini, merupakan alat yang kami punya yang memang bantuan Kemenkes. Sudah ada sejak beberapa tahun ini,” bebernya. Ia pun masih harus melakukan koordinasi dengan Kemenkes. Terkait penginstalan modul aplikasi yang akan digunakan di laboratorium RSUD AWS. Info yang diberikan oleh Diskes Kaltim, diperkirakan minggu kedua April akan diinstal. “Kami belum dihubungi Kemenkes soal alat yang ini. Nanti, kami akan melakukan koordinasi dengan Diskes Kaltim,” pungkasnya. 78 LAB. UJI COVID-19 Sementara itu, secara nasional Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID- 19 menargetkan 78 laboratorium yang memiliki kapasitas yang bisa menguji COVID-19 di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menangani penyebaran wabah virus Corona jenis baru ini. “Kami terus meningkatkan kemampuan laboratorium,” kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, kemarin. Menurut dia, Gugus Tugas menggandeng Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta sejumlah kementerian dan lembaga lain untuk mendukung peningkatan kapasitas laboratorium tersebut. Doni melanjutkan, semula hanya ada tiga laboratorium yang mampu melakukan uji penyakit menular tersebut, dan kini terus bertambah menjadi 12 unit. Selanjutnya menjadi 25 unit laboratorium dan akhirnya diharapkan sudah ada 78 laboratorium beroperasi di Tanah Air. Selama bekerja sebulan sejak didirikan pemerintah untuk menangani COVID-19 pada 13 Maret 2020, Gugus Tugas sudah mendistribusikan 800 ribu rapid test atau tes massal cepat. Selain itu, Gugus Tugas juga sudah mendistribusikan 725 ribu alat pelindung diri (APD), 13 juta masker bedah dan 150 ribu masker N-95 kepada dokter, perawat dan tim medis lainnya. Sementara itu, untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah pemerintah, TNI/Polri, BUMN dan swasta, Doni menyebutkan saat ini sudah siap 635 rumah sakit rujukan dengan daya tamping 1.515 ruang isolasi untuk pasien gejala berat dan kritis. Sedangkan untuk pasien dengan gejala sedang disiapkan perawatan di rumah sakit darurat di Wisma Atlet dengan kapasitas 2.000 pasien dan rumah sakit daurat di Pulau Galang, Kepulauan Riau, dengan kapasitas 400 pasien dan tempat observasi di Pulau Natuna. Pemerintah juga menggandeng perusahaan digital berbasis medis untuk menggunakan jasa dokter melalui komunikasi virtual bagi pasien dengan gejala ringan sehingga bisa dirawat di rumah dengan pengobatan sesuai petunjuk dokter dalam jaringan (daring). “Sehingga rumah sakit diprioritaskan untuk pasien berat dan kritis sedangkan pasien ringan bisa dirawat di rumah,” katanya. (mic/dnn/dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: