PASAR BEHAMBINAN
Wali Kota Samarinda Syahari Jaang telah meluncurkan Aplikasi Behambinan pada 28 Maret lalu. Ini aplikasi yang dikembangkan untuk mengganti Pasar Ramadan di Samarinda. Bagaimana progresnya saat ini? Pewarta : Michael F Yacob Editor : Devi Alamsyah RAMADAN 1441 kali ini tidak akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Wabah virus corona mengubah segalanya. Berbagai tradisi dan kebiasaan warga selama bulan suci umat Islam itu kemungkinan besar dihelat dengan cara berbeda. Seperti halnya di Samarinda. Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda sudah meniadakan pasar Ramadan. Namun mereka juga menyiapkan penggantinya. Membuat aplikasi bernama Behambinan. Aplikasi tersebut dikelola oleh Diskominfo Samarinda. Behambinan berasal dari Bahasa Banjarmasin yang berarti “kita saling menggendong dan saling menghidupi”. Disway Kaltim pun mencoba untuk menggunakan aplikasi tersebut. Tahap awal, menu registrasi dan login. Masuk ke menu registrasi jika belum memiliki akun. Pendaftarannya pun mudah. Tidak banyak yang harus diisi. Sampai akhirnya ada pesan singkat melalui Short Message Service (SMS) untuk kode verifikasi. Setelah masuk, berbagai menu dan pilihan makanan langsung disuguhkan di halaman utama. Tampilannya pun sama persis dengan market place Tokopedia atau Bukalapak. Hanya saja, toko online yang bergabung masih sedikit. Ketika Disway Kaltim melakukan pengecekan, baru terhitung 12 toko yang bergabung di aplikasi tersebut. Di antaranya, Catering Snackoverflow, Tiga Bersaudara, Sekar Sari, UPPKS Sekar Tanjung, UPPKS Harlen Crochet, Bhea Rajut UPPKS Samawa, Salsha Dara, Dwi Manik, Nur Dwijati, UPPKS Bunga Bangsa, UPPKS Merdeka dan UPPKS Garuda. Ada beberapa menu yang ditampilkan. Yaitu, beranda, toko, transaksi dan profil. Dalam menu profil, selain memuat data pribadi pemegang akun, terdapat juga menu Toko Saya. Untuk bisa berjualan mudah. Cukup meng-klik buka toko, pemegang akun pun bisa langsung mengisi jenis usaha. Aplikasi tersebut juga melayani semua kebutuhan masyarakat di Kota Tepian. Beberapa pilihan disiapkan. Mulai dari makanan, suvenir, fashion, anyaman, wisata, kain, ukiran kayu, tas dan buku. “Aplikasi ini sama seperti market place pada umumnya. Hanya saja ini lokal,” kata Kepala Bidang Aplikasi layanan E-Goverment Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Samarinda Suparmin, saat ditemui di kantornya, Jalan Balaikota, Samarinda, Rabu (8/4). Sebenarnya aplikasi tersebut sudah ada di Play Store. Tapi, sekarang baru selesai pemindahan server. Selain itu, sedang melakukan beberapa pengembangan lainnya. Ia menargetkan, aplikasi tersebut akan di-launching pekan depan. “Saya targetkan minggu ini aplikasinya telah selesai,” bebernya. Metode pembayarannya pun bervariasi. Mulai dari system transfer, GoPay, serta cash on delivery (COD) atau yang dikenal dengan pembayaran di tempat. Diperkirakan, sistem COD yang paling banyak diminati masyarakat. Itulah yang saat ini sedang dalam pembahasan. Pastinya, harus ada pihak ketiga yang bisa menanggulangi untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu. “Antisipasi kalau ada pengorder fiktif. Karena, kami kan hanya menyiapkan fasilitas saja,” terangnya. Saat ini, ia mengungkapkan, lagi penjajakan dengan perusahaan Tortek. Mereka punya platform bernama Lingkaran. Nantinya, perusahaan tersebut dihubungkan dengan relawan di Samarinda. Para relawan itu yang nantinya akan bergabung dengan platform tersebut. “Kalaupun mitra ojek online lainnya mau bergabung, dipersilakan. Tapi, kami tidak bisa secara business to business (B to B) melakukan kerja sama dengan salah satu ojek online. Secara pribadi kami persilakan. Selama tujuh hari ke depan pun, kami mulai uji coba. Pengembangnya ini anak Samarinda semua,” tegasnya. Behambinan ini, sebenarnya hasil adopsi dari Jogjakarta. Di sana, ada program yang diberi nama Gandeng Gendong. “Semisal, Diskominfo menggandeng tiga UPPKS. Jadi, kalau kami ada rapat, ya kami hanya membeli kepada tiga orang tersebut. Itu artinya menggendong dan menggandeng,” jelasnya. Tapi, konsep itu terpaksa untuk saat ini disimpan terlebih dahulu. Karena, instruksi Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang. Kini mendekati perayaan Ramadan serta bulan puasa, Jaang ingin masyarakat menggunakan aplikasi ini terlebih dahulu. “Untuk sementara, konsep itu belum kita pakai. Sekarang masih tahap uji coba dan penyelesaian tahap akhir. Up date-nya, baru kita akan upload mudahan minggu depan. Yang jelas, seminggu sebelum puasa, kami sudah me-launching aplikasi ini ke masyarakat,” pungkasnya. Terkait kerja sama dengan pihak ketiga, soal jasa pengantaran dan harga jasa pengantaran itu, hingga saat ini masih terus dibahas. Di Balikpapan sebetulnya ada juga hal serupa. Tapi bukan aplikasi. Bentuknya masih web. Namanya Pandansari.id. Ini tidak dikerjakan oleh pemerintah kota. Justru inisiatif warga. Penggagasnya adalah Fida Imtihani—anak berusia 12 tahun. Ia mengembangkan aplikasi khusus emak-emak. Inspirasinya datang karena melihat kesulitan yang dialami orangtuanya setiap kali berbelanja. Aplikasi tersebut untuk membantu para orangtua, khususnya para ibu rumah tangga yang gemar belanja. Akhir tahun 2019, aplikasi buatan Fida masih dalam proses pendaftaran di Play Store. Gadis yang memilih pendidikan home schooling itu, mengaku terinspirasi membantu para ibu rumah tangga dengan aplikasi yang diciptakannya itu. (mic/dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: