RS AWS Samarinda Bisanya Metode TCM untuk Uji COVID-19
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah memberikan lampu hijau. Mengizinkan laboratorium pemerintah atau perguruan tinggi untuk melakukan uji Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) spesimen COVID -19 terhadap Pasien Dalam Pantauan (PDP). Sayangnya Kaltim belum bisa melakukan uji lab itu. Mengapa? --------------- SETIDAKNYA Kaltim punya tiga laboratorium kesehatan. Di Samarinda. Tapi ketiganya punya kelemahan. Laboratorium milik Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim punya Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), alat pendeteksi COVID-19. Tapi alatnya rusak. Kemudian Universitas Mulawarman (Unmul) juga punya alat yang sama. PT-PCR, tapi laboratoriumnya belum standar Biosafety Level (BSL) 2. Ada lab. yang sudah BSL 3 malah. Yakni milik Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie (AWS). Sayang rumah sakit pelat merah ini tidak punya alat RT-PCR. Padahal surat edaran dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan Nomor HK.02.01/MENKES/234/2020 telah ditetapkan 7 April lalu. Berlaku bagi seluruh laboratorium milik pemerintah, BUMN, TNI/POLRI, swasta, mau pun lembaga riset perguruan tinggi. Isinya membolehkan membantu uji lab untuk kasus COVID-19. Tentu saja dengan syarat dan kriteria yang telah ditetapkan. Di antaranya, laboratorium harus berstandar minimal BSL 2, Biosafety Cabinet, serta tenaga dokter dan analis kesehatan yang terlatih. Hal ini dilakukan agar memudahkan akses dan mempercepat penanganan COVID-19. Namun faktanya, sarana dan prasarana di Kaltim belum menunjang untuk itu. Itu diakui Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Andi Muhammad Ishak. Pertama, kata Andi, satu-satunya mesin RT-PCR di Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaltim, sudah rusak. Tidak dapat digunakan. Kedua, Univeritas Mulawarman (Unmul) memiliki RT-PCR di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Namun, belum berstandar BSL 2. Sehingga, uji RT - PCR juga tidak bisa dilakukan di sana. "Sementara kami sedang menunggu bantuan satu alat PCR dari Kemenkes yang akan diberikan kepada 12 provinsi, salah satunya Kaltim," kata Andi. Menurutnya, salah satu metode yang paling mungkin dilakukan di Kaltim adalah melalui Tes Cepat Molekuler (TCM). Metode ini biasa digunakan untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis (TB). Metode ini akan mengidentifikasi RNA pada virus corona. Menggunakan cartridge khusus yang bisa mendeteksi virus ini. Andi menyebut, ada tujuh rumah sakit di Kaltim yang sudah memiliki alat ini. Salah satunya adalah RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS). METODE TCM Sementara itu Plt. Direktur RSUD AWS dr. David Hariadi Masjhoer mengatakan, pihaknya siap melakukan pengujian metode TCM untuk mendeteksi pasien COVID-19. Hanya saja, sampai saat ini, metode tersebut belum bisa dilakukan. "Cartridge dan modulnya tidak ada. Ini yang lagi kita pesan. Kita sih siap saja kalau memang barangnya ada, ya kita laksanakan," ujarnya, Jumat (10/4). Ia menargetkan, pengiriman akan datang pada pertengahan April mendatang. Ia pun menyebut, dengan metode TCM akan mempercepat proses pemeriksaan PDP COVID-19. Tanpa harus menunggu hasil dari uji RT-PCR dari pusat. Hanya saja memang ia belum bisa memastikan apakah metode ini, sudah diizinkan dari Kemenkes. "Nah terkait itu saya kurang tahu. Yang kami fokuskan sekarang manajerial pasien dulu. Kalau bisa TCM, ini kan jadi lebih cepat. Enggak sampai sehari sudah ketahuan hasilnya. Positif atau negatif," terangnya. Ia pun menyebut, Laboratorium RSUD AWS sudah berstandar BSL 3. Secara SDM pun siap untuk melakukan TCM. Karena selama ini metode tersebut sudah dilakukan untuk diagnosa pasien TBC dan HIV. "Mesin TCM bisa memeriksa hampir semua virus dan kuman. Hanya saja virus dan kuman itu modulnya berbeda. Nah, modulnya untuk COVID ini yang kami enggak punya," tandasnya. Untuk operasional TCM pun, David menyebut hanya membutuhkan satu orang saja. Untuk memasukan sample ke mesin. Kemudian tinggal menunggu hasil. "Kalau yang level di Litbangkes seperti apa saya kurang tahu. Cuman kalau alat yang kita punya ya seperti itu. Jadi enggak repot," pungkasnya. Sejauh ini, RT-PCR memang menjadi alat pengujian pasien COVID-19 yang paling direkomendasikan oleh WHO. Karena tingkat akurasi tinggi. Namun TCM pun bisa menjadi alternatif baru. Karena tingkat akurasi yang hampir mendekati uji swab dengan metode RT-PCR. (krv/dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: