Pacar Ketinggalan Tertib
"Kok ibu tidak membangunkan aku sih?!" gerutu Dina. Ibunya yang mendengar gerutuan Dina hanya bisa geleng-geleng kepala. "Pagi ini Dina mesti buru-buru ke kantor, Bu. Pukul 08.00 Wita ada rapat. Seluruh karyawan wajib hadir. Sebagai karyawan baru, Dina tidak boleh telat, Bu," cerocos Dina. "Kok ibu yang disalahin. Tadi alarm sudah bunyi," sahut ibunya. Dina tidak bisa membantah. Sejak pukul 05.00 Wita, alarm sudah berbunyi. Nyaring. Tapi karena kelelahan, alarm dimatikan dan dia tidur lagi. Semalam Dina tidur larut. Dia sibuk membantu kakaknya yang punya usaha katering. Menyiapkan menu bebek sambel ijo, yang pagi mesti diantar. Sebenarnya ibunya sudah mengingatkan. Untuk segera tidur. Namun tidak diindahkan. Dengan bergegas Dina menyiapkan perlengkapan kerja. Apalagi Iwan kekasihnya. Sudah menunggu sejak tadi di depan rumah. Untuk mengantar pergi ke kantor. Setelah siap semua, Dina dan Iwan segera berangkat. Di perempatan jalan, lampu merah menyala. Iwan segera berhenti. Dina melirik jam tangan. Waktu telah menunjukkan pukul 07.40 Wita. Dari arah lain terlihat hanya satu-dua kendaraan melintas. "Ayo Iwan. Jalan. Sepi kok. Gas saja," bisik Dina. "Jangan dong. Itu lampu merah menyala. Tahu kan artinya?" sahut Iwan tegas. Dina hanya menggerutu dalam hati. Lampu merah berganti hijau. Iwan segera memacu motor. Setelah ini mereka akan melewati satu lagi perempatan sebelum tiba di kantor Dina. "Semoga tidak macet," harap Dina dalam hati. Tapi harapan tinggal harapan. Jalan yang dilalui ternyata sangat padat. Baru maju sedikit, lampu merah menyala. Terlihat beberapa pengendara motor tidak sabra. Naik ke trotoar agar bisa berada di depan. "Iwan, ayo maju. Seperti orang-orang itu," ucap Dina sambil menunjuk pengendara yang melintas di trotoar. Iwan menoleh ke Dina lalu tersenyum. "Trotoar itu untuk siapa?" tanya Iwan. "Untuk pejalan kaki," jawab Dina setengah berteriak. "Nah itu tahu. Sudah siap jadi tontonan orang-orang kalau kita lewat di situ?" tanya Iwan lagi. Kali ini Dina hanya diam. Tiba-tiba ada yang berteriak. Semua mata tertuju ke satu titik. Terlihat oleh mereka sebuah motor terperosok bersama pengendaranya. Rupanya ada lubang di trotoar. Orang-orang segera menolong. "Semoga tidak apa-apa," ujar Iwan. Lampu hijau menyala. Iwan segera menarik gas. Dina masih diam. Memandang orang-orang yang sedang membantu pengendara yang jatuh tadi. Andaikan Iwan mengikuti kemauannya, mungkin mereka berdualah yang akan terperosok. Ternyata disiplin diri juga penting dalam berlalu lintas. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: