Warga Balikpapan Beralih ke Buah Lokal

Warga Balikpapan Beralih ke Buah Lokal

Buah impor saat ini mulai sulit dicari. Warga Balikpapan mulai mengonsumsi buah lokal. (Ryan/Disway) -- Balikpapan, diswaykaltim – Ramainya pemberitaan soal virus corona membuat warga berupaya meningkatkan daya tahan tubuh. Supaya terhindar dari wabah penyakit tersebut. Salah satu cara yang dilakukan warga dengan rutin mengonsumsi buah-buahan. Namun, saat ini buah-buahan impor mulai sulit ditemukan di pasaran. Warga mulai beralih ke buah-buahan lokal. Buah impor mulai sulit dicari lantaran pemerintah pusat membuat kebijakan untuk menghentikan sementara impor buah. Ini merupakan kebijakan yang diambil pemerintah pusat untuk meminimalisasi penyebaran virus corona. "Buah impor yang langka itu seperti jeruk mandarin, kelengkeng dan anggur. Sudah tidak ada sejak Ahad (15/3)," ujar Purwanto, pedagang buah di Pasar Pandan Sari, Kamis (19/3). Padahal, kata ia, sebelum adanya kebijakan tersebut, pasokan buah impor yang masuk ke tokonya bisa sampai tiga mobil boks ukuran sedang. Sekarang hanya satu mobil. Bahkan sejak dua hari lalu, ia hanya menerima setengah saja. "Kami belum tahu harus jual berapa per kilogram-nya," ujarnya. Sebaliknya, para pembeli mulai beralih ke buah lokal. Seperti mangga, pepaya, semangka, dan salak. Namun harganya juga terkerek naik seiring dengan stok yang menipis. Sementara ini, harga apel sekitar Rp 23 ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram. Sedangkan pir masih tetap berada di kisaran Rp 18 ribu sampai Rp 25 ribu per kilogram. "Ini juga ada kenaikan harga apel. Sebelumnya Rp 18 ribu per kilogram, sekarang jadi Rp 23 ribu," ungkap Hamidah, warga Dahor. Begitu juga dengan pasokan buah Pasar Buton di Kilometer 6. Tidak buah impor. Padahal yang dibutuhkan adalah buah dengan kandungan vitamin C tinggi, seperti jeruk. "Ini ada jeruk. Harganya Rp 15 ribu per kilogram. Tapi kalau jeruk impor tidak ada," ujar pedagang buah di Pasar Buton, Asrul. Hal senada diungkap para pedagang tanaman. Isu corona serta kebijakan meliburkan anak sekolah berdampak cukup tinggi bagi penghasilan mereka. "Ini tambah sepi pembeli. Biasanya anak sekolah membeli untuk tugas sekolah," ujar Irwan, pedagang tanaman di Gunung Pasir. "Tanaman pucuk merah dan jenis pohon rindang seperti pohon mangga lebih baik untuk polusi udara," tambahnya. (ryn/hdd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: