Rencana Kontroversial Bangladesh, Pindahkan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Rencana Kontroversial Bangladesh, Pindahkan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pengungsi muda Rohingya menerbangkan layang-layang di kamp pengungsi Hakimpara di distrik Cox's Bazar. Muslim Rohingya melarikan diri dari kamp-kamp pengungsi Bangladesh untuk menghindari dipulangkan ke Myanmar akhir pekan ini. Dibyangshu SARKAR / AFP DiswayKaltim.com - Para pengungsi Rohingya akan dipindahkan ke sebuah pulau, beberapa waktu mendatang. Sebuah rencana kontroversial yang disusun pemerintah Bangladesh. Hampir satu juta pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari penumpasan militer di Myanmar, kini tinggal di kamp-kamp penampungan di Cox’s Bazar. Menteri Luar Negeri Bangladesh, Shahriar Alam mengatakan, akan memindahkan pengungsi-pengungsi itu ke pulau berlumpur Bhasan Char di muara sungai Meghna Bangladesh yang hanya dapat diakses dengan kapal. Proposal itu membuat khawatir kelompok-kelompok hak asasi manusia dan LSM tentang isolasi Bhasan Char, karena pulau ini rawan banjir parah dan topan. Mereka juga mengkahwatirkan jarak pulau yang harus menempuh tiga jam perjalanan dengan perahu dari daratan utama. Orang-orang Rohingya yang tinggal di kamp-kamp penampungan telah berulang kali mengatakan, bahwa mereka tidak ingin keluar karena kekhawatiran akan keselamatan mereka. Namun, Alam menuturkan, bahwa rencana itu akan tetap berlanjut, dimana para pengungsi diperkirakan akan tiba di sana dalam dua hingga tiga bulan. “Rencananya adalah memberi para pengungsi tempat berlindung yang lebih baik,” kata Alam. Shahriar Alam menjelaskan, meskipun Bangladesh rentan terhadap topan dan naiknya permukaan laut, fasilitas yang dibuat di pulau itu juga memiliki tempat berlindung dari topan dan akan membantu melindungi para pengungsi. “Ada tempat perlindungan topan dan sebuah kolam sehingga mereka bisa memancing,” tutur Alam. “Satu-satunya pekerjaan yang tersedia bagi pengungsi Rohingya adalah memancing,” tambahnya. Sambil menunjuk sebuah gambar salah satu rumah yang dibangun di pulau itu, Alam memastikan, bahwa rumah itu tampak seperti penjara. Tetapi ia berkilah bahwa semua rumah di Bangladesh memiliki kotak-kotak jaring untuk keamanan. “Ini adalah pola yang biasa di sini,” terangnya. “Perdana menteri yang telah melindungi Rohingya, telah menciptakan landasan moral yang sangat tinggi dan kami tidak akan melakukan sesuatu yang konyol untuk menghentikannya,” ungkap Alam. Ia juga menyatakan, jika kelompok pengungsi pertama berhasil dipindahkan, pendekatan tersebut dapat diaplikasikan ke seluruh pulau dan memindahkan lebih banyak orang. Ketika ditanya apa yang akan terjadi jika orang-orang tidak mau pergi, Alam menjawab bahwa tentu saja dirinya tidak bisa memaksa mereka untuk pindah. “Saya berharap dalam dua hingga tiga bulan ke depan kita bisa mulai memindahkan orang,” katanya. Bhasan Char berjarak 30 km dari daratan utama, dan hanya muncul dari sungai selama dua dekade terakhir. Kekhawatiran telah dikemukakan tentang berapa banyak ruang terbuka yang ada di pulau itu. Tahun lalu, banyak LSM telah menekankan kesulitan dan risiko tinggi yang harus dihadapi dalam mengevakuasi ratusan ribu orang dari pulau itu jika terjadi bencana alam. Dan hingga kini, belum ada wartawan yang mengunjungi Bhasan Char. Alam mengaku, mereka harus membawa badan-badan PBB terlebih dahulu, sepserti Organisasi Internasional untuk Migrasi. “Kami ingin mereka melihat tempat itu terlebih dahulu dan memindahkan para pengungsi setelahnya. Kami tidak terburu-buru, tetapi kami yakin ini adalah satu-satunya solusi,” jelasnya. Dia menambahkan bahwa dirinya tidak khawatir dengan banjir. “Topan kategori 10 tidak hanya akaan berdampak pada para pengungsi itu, tetapi akan berdampak juga pada 20 persen populasi kita. Bagaimanapun kami memang rentan, jadi mereka tidak akan jadi lebih rentan lagi,” ucapnya. (fay/aan/indopos/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: