NTP Kaltim Turun Tajam April 2025, Sektor Pertanian Tertekan

Aktivitas petani di salah satu daerah di Kalimantan Timur -salsabila/disway-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat penurunan tajam pada April 2025.
Berdasarkan rilis resmi Badan Pusat Statistik (BPS), NTP Kaltim terkontraksi 2,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan berada di level 145,58.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menyatakan bahwa penurunan ini mengindikasikan menurunnya kesejahteraan petani secara umum.
"Indikator NTP ini sangat vital karena mencerminkan daya beli petani. Jika menurun, berarti kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup dan usaha mereka ikut tertekan," katanya belum lama ini, di Kantor Bank Indonesia (BI) Kota Balikpapan.
BACA JUGA:Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp27.000 per Gram, Waktunya Jual atau Beli?
BACA JUGA:Batu Bara Kuasai 70 Persen Ekspor Kaltim, Pelabuhan di Balikpapan Pintu Utama Keluar Masuk Barang
Perempuan yang akrab disapa Yusniar menjelaskan, penurunan NTP Kaltim dipicu oleh dinamika dua komponen utama. Yaitu turunnya harga produk pertanian dan naiknya biaya yang harus dikeluarkan petani.
Ia menyebut bahwa harga jual hasil pertanian yang tercermin dalam Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun 1,53 persen, dari 182,43 menjadi 179,63.
Di saat yang sama, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib), yang mencakup konsumsi rumah tangga serta biaya produksi, justru naik 0,73 persen menjadi 123,39.
"Pendapatan petani berkurang, sementara pengeluarannya naik. Ini jelas menekan daya tukar mereka," ungkap Yusniar.
BACA JUGA:Inflasi Kaltim Melandai, TPID Dorong Adopsi Teknologi dan Penguatan Pasar Daerah
BACA JUGA:Tarif Listrik dan Lonjakan Harga Komoditas Pangan Sebabkan Inflasi di Berau Naik
Selain itu, indeks konsumsi rumah tangga (KRT) tercatat naik 0,95 persen, dan indeks biaya produksi serta barang modal (BPPBM) naik 0,15 persen. Kombinasi ini turut membebani petani secara ekonomi.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga ikut turun 1,68 persen dari 155,23 menjadi 152,62. Indikator ini menunjukkan bahwa kemampuan petani dalam membiayai usahanya melemah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: