Ramai-ramai Investasi Emas karena Harga Terus Naik, Pertimbangkan Juga Risikonya!

Ramai-ramai Investasi Emas karena Harga Terus Naik, Pertimbangkan Juga Risikonya!

Emas dalam bentuk perhiasan paling banyak dijadikan investasi oleh masyarakat selain dipakai untuk gaya hidup.-IST/Antara-

BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM – Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam dalam beberapa waktu terakhir memecahkan rekor tertinggi, yakni pada Sabtu (12/4/2025) lalu yang mencapai Rp1,904 juta per gram.

Sementara pada perdagangan hari ini, Selasa (15/4/2025) harga emas Antam berada di angka Rp1,896 juta per gram seperti sehari sebelumnya.

Sementara itu, harga buyback emas batangan Antam turun sebesar Rp1.000 menjadi Rp1,745 juta per gram.

Di tengah melejitnya harga emas tersebut, masyarakat Indonesia saat ini tengah berbondong-bondong membeli emas, sebagai instrumen investasi paling aman saat ini.

BACA JUGA: Harga Emas Terdampak Sikap Presiden Trump yang Sedikit Melunak

Emas dianggap investasi safe haven, sehingga cenderung stabil di tengah gejolak ekonomi global.

Dilansir Beritasatu, Pegadaian yang menyediakan pilihan envestasi emas melalui Deposito Emas mencatatkan total transaksi hampir 1 ton emas, meski belum genap 6 bulan.

Selain itu, investasi emas kerap dianggap sebagai pilihan yang aman dan stabil, terutama di tengah gejolak ekonomi.

Namun, di balik kilau keamanannya, investasi emas tetap memiliki risiko yang perlu dipahami dengan baik sebelum terjun ke dalamnya.

BACA JUGA: Harga Emas Terus Menguat di Tengah Perang Dagang AS-China, Kini Rp1,904 Juta per Gram

Harga emas bisa saja turun drastis dalam waktu singkat, sehingga potensi kerugian tetap ada bagi investor yang tidak cermat dalam timing pembelian dan penjualan.

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut risiko ivestasi emas!

1. Tidak memberikan pendapatan pasif

Emas tidak memberikan penghasilan rutin dalam bentuk tunai, berbeda dengan deposito yang menghasilkan bunga, obligasi negara yang memberikan kupon, atau saham yang bisa membagikan dividen.

Keuntungan dari investasi emas hanya dapat diperoleh melalui selisih harga beli dan jual (capital gain), sehingga emas lebih sering dianggap sebagai alat lindung nilai dibandingkan instrumen investasi yang menghasilkan pendapatan pasif.

BACA JUGA: Harga Emas 'Ngegasss' di Tengah Perang Dagang AS-China, Naik Rp43 Ribu per Gram

2. Nilai emas bisa melambat saat ekonomi stabil

Dalam waktu beberapa bulan terakhir, harga emas mengalami peningkatan yang siginifikan. Namun, kondisi itu tidak akan berlangsung lama.

Saat perekonomian global menunjukkan kestabilan dan minim sentimen negatif, harga emas cenderung tidak bergerak naik secara signifikan.

Investor biasanya lebih tertarik menanamkan modal pada aset berisiko seperti saham, sehingga permintaan terhadap emas menurun.

3. Tidak cocok untuk investasi jangka pendek

BACA JUGA: Rekor! Hari Kedua Lebaran, Harga Emas Antam Naik Rp20 Ribu Jadi Rp1.826.000 per Gram

Investasi emas umumnya tidak disarankan untuk tujuan jangka pendek. Dalam periode dua tahun misalnya, keuntungan yang diharapkan belum tentu tercapai karena adanya selisih harga jual dan harga buyback yang cukup tinggi, terutama pada emas Antam.

Meski dalam kondisi tertentu harga emas bisa naik dalam waktu singkat, sifat alami emas adalah instrumen jangka panjang.

4. Dipengaruhi nilai tukar mata uang

Harga emas sangat bergantung pada pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Ketika rupiah melemah terhadap dolar, maka harga emas dalam rupiah akan naik. Sebaliknya, saat rupiah menguat, harga emas bisa turun.

5. Risiko spekulatif

BACA JUGA: Akhirnya! Setelah 5 Tahun, Sriwijaya Air Kembali Terbang ke Bandara Kalimarau Berau

Meski umumnya dianggap sebagai instrumen jangka panjang, emas juga bisa menjadi objek spekulasi. Pergerakan harga emas bisa terjadi secara cepat akibat aksi spekulatif dari pelaku pasar, yang berpotensi menimbulkan kerugian jika investor tidak memahami dinamika pasar dengan baik.

6. Risiko kehilangan emas fisik

Bagi investor yang memilih emas fisik seperti batangan atau perhiasan, risiko kehilangan akibat pencurian menjadi perhatian utama. Meskipun penyimpanan di tempat yang dianggap aman dapat mengurangi risiko ini, tetap saja ada kemungkinan kehilangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: