Samsun Sebut Pemerataan Listrik di Kaltim Lambat karena PLN Terlalu Monopoli

Muhammad Samsun. -salsabila/disway-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Anggota Komisi III DPRD Kaltim Muhammad Samsun menyindir kebijakan monopoli PLN yang hanya menyebabkan lambatnya pemerataan listrik di Bumi Etam. Padahal masih ada perusahaan tambang di Kaltim yang memiliki pembangkit listrik sendiri dan bisa diberdayakan.
"Tapi, sayang sekali itu mereka tidak diizinkan untuk menyalurkan listrik langsung ke masyarakat sekitar," kata Muhammad Samsun saat diwawancarai melalui telpon WhatsApp, pada Minggu (2/3/2025).
Menurut pria yang akrab disapa Samsun itu, pemerataan listrik di Kaltim bukan hal baru. Namun sudah aja sejak era Gubernur Awang Faroek Ishak.
Yang mendorong perusahaan tambang untuk membangun pembangkit listrik (power plant) di lokasi tambang.
BACA JUGA:PLN Beri Diskon Listrik 50%, Purwadi: Perbaiki Dulu Database Nasional
BACA JUGA:Diskon Token Listrik PLN Ternyata Berbatas, Pelanggan Wajib Tahu Ketentuan Berikut ini!
"Ketika Pak Awang menjabat, beliau sudah memerintahkan perusahaan tambang untuk membangun power plant di mulut tambang mereka. Itu dilakukan, terutama oleh perusahaan tambang besar," ungkapnya.
Ya, Pemerintah Provinsi Kaltim tengah menargetkan pemenuhan listrik untuk daerah terpencil dengan memanfaatkan potensi energi lokal. Gagasan itu diharapkan dapat membantu mengatasi defisit listrik dan mempercepat elektrifikasi bagi masyarakat sekitar.
Pemprov Kaltim sebenarnya sudah merancang rencana untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat tersebut. Regulasi untuk itu sudah diatur dalam Pergub Kaltim nomor 8 tahun 2019 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Ada lima sasaran yang hendak dicapai melalui RUED tersebut. Pertama, target rasio elektrifikasi hingga 100 persen pada 2025. Dimana seluruh desa di kawasan perbatasan negara sudah teraliri listrik. Targetnya bisa menerima pasokan energi listrik sampai 600 Watt setiap hari.
Kedua, akses masyarakat mendapatkan BBM dan LPG. Ketiga, terjaminnya ketersediaan listrik untuk kawasan industri di Kaltim, khususnya Kariangau, Bontang dan Maloy. Keempat, memaksimalkan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan (EBT). Pemprov menargetkan 2025 mendatang bauran EBT sudah mencapai 12,4 persen.
BACA JUGA:Pemerintah Putuskan Tarif Listrik Tidak Naik hingga 3 Bulan ke Depan
BACA JUGA:Canggih, Tol IKN Bisa Isi Ulang Baterai Mobil Listrik Tanpa Harus Berhenti
Kelima, tercapainya sejumlah indikator energi. Seperti: elastisitas energi 0,45 di tahun 2025, pemakaian energi 13,05 TOE/miliar rupiah tahun 2025, pemakaian energi final per kapita 2,19 TOE tahun 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: