Ingin Punya Komunitas Menulis

Ingin Punya Komunitas Menulis

PERNAH beberapa kali mencoba menjadikan kota lain sebagai pelarian dalam menuntut ilmu, Berau selalu menjadi tujuan pulang bagi perempuan berkulit sawo matang ini. Tara Rahma Dewi, nama lengkapnya. Lahirnya di Kota Pekalongan Jawa Tengah, 20 Oktober 1996. Ia menetap di Berau, sejak usia 2 tahun, kini dengan bangga menyatakan bahwa tanah Berau, tidak lepas dari jati dirinya dan siap mengabdi untuk Bumi Batiwakkal. Tercatat sebagai alumni SMAN 1 Berau 2015, kini Tara berprofesi sebagai tenaga pendidik di TK Nurul Amin, Jalan Diponegoro I, Tanjung Redeb. Tara-sapaan akrabnya, tidak segan mengajarkan kepada anak muridnya bahwa berimajinasi setinggi-tingginya bukanlah hal yang salah. “Dunia anak adalah dunia fantasi, dari kecil berimajinasi setinggi-tingginya itu diperbolehkan apa lagi berimajinasi bisa mengembangkan pola pikir anak,” ujarnya sembari tersenyum. Berimajinasi memang tidak terlepas dari dunia kreatif. Tara mengembangkan imajinasinya dengan hobi menulis, seperti membuat sajak, dan puisi. Membaca beberapa novel fiksi bisa dikatakan sebagai makanannya sehari-hari pula. Tak jarang pula, Ia mengajak anak muridnya untuk belajar membaca sedari kecil. “Minat baca sih, kalau bisa kenapa tidak kita tanamkan sedari kecil. Baik di lingkungan keluarga maupun di mana sang anak belajar,” ujarnya antusias. “Lagipula Indonesia kan punya tingkat minat literasi yang rendah, mulai dari mana lagi kalau bukan kita yang mengajarkannya,” sambung Tara. Usut punya usut, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Ia mengabdikan dirinya di sebuah komunitas menulis berbasis blog Tumblr yang menghubungkan berbagai provinsi dalam sebuah ruang obrolan. KITA begitulah nama komunitasnya. Kebetulan Tara bergabung dalam KITA regional Kalimantan, dan juga KITA Jateng. Tepatnya di Kota Semarang, yang pernah menjadi kota rantau Tara, dan menempuh pendidikan psikologi, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula). Sayangnya, Ia mengambil keputusan lain dengan pulang ke Berau. Dengan membawa ideologinya. Bahwa imajinasi, dan fantasi adalah dunia yang indah serta penuh misteri untuk digeluti. Tara berharap, bisa membentuk komunitas menulis di Berau. Ia yakin, anak-anak muda di Berau, tentu memiliki kemampuan menulis yang luar biasa melihat bahwa Bumi Batiwakkal, diibaratkan seperti permata yang belum selesai dihaluskan. Masih banyak kemampuan-kemampuan tersembunyi yang bisa diolah lagi, terutama dalam bidang kepenulisan. “Ibaratkan anak-anak yang selalu punya cita-cita yang berbeda. Sampai dewasa pun kita begitu, selalu berubah dan pastinya terus belajar,” jelasnya. “Jadi lakukan apapun di luar batas kemampuanmu selagi masih bisa, dan yang penting tahu kemana harus pulang serta menerapkan ilmunya,” ujarnya kepada DiswayBerau, sembari menutup obrolan hangat hari itu. (*/RAP/APP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: