Enam WG Jebol dan Meluap

Enam WG Jebol dan Meluap

Bupati Berau Muharram dengan sejumlah kepala OPD terkait, saat meninjau WG perkebunan sawit yang airnya meluap ke Sungai Segah, dan diduga berdampak pada perubahan air sungai.(ZUHRIE) TANJUNG REDEB, DISWAY – Awal tahun jadi bencana bagi pembudidaya keramba, ribuan kilogram ikan mati. Penyebabnya, karena perubahan kondisi Sungai Segah. Dalangnya, lagi-lagi karena perkebunan kelapa sawit di hulu. Bupati Berau Muharram bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Dinas Perikanan, serta Dinas Kesehatan Berau pada Minggu (5/1) siang, melakukan ispeksi mendadak (sidak) ke salah satu lokasi perkebunan milik PT Kuala Lumpur Kepong (KLK) Grup di Kecamatan Gunung Tabur. Sidak dilakukan, menyusul terjadinya mati massal ribuan kilogram ikan milik petani keramba yang ada di aliran Sungai Segah. “Saya bersama rombongan tadi (kemarin, Red.), melihat keramba salah seorang warga di Bujangga. Hasilnya miris melihat ratusan ekor indukan ikan mas mati, akibat perubahan Sungai Segah yang ekstrem ini,” ungkap Muharram kepada DiswayBerau. “Bukan hanya satu keramba, tetapi nyaris semua petani keramba mengalami hal yang sama,” sambungnya. Melihat kejadian itu, Muharram bersama kepala DLHK, dan Dinas Kesehatan menuju area perkebunan PT Satu Sembilan Delapan (SSD) anak perusahaan PT KLK Grup. Di lokasi ini, diketahui penyebab aliran Sungai Segah megalami perubahan warna, hingga menyebabkan ikan petani keramba mati, lantaran ada Water Gate (WG) perusahaan yang jebol dan meluap ke sungai. “Hasil penelusuran kami ditemukan ada 6 WG milik PT SSD yang jebol dan meluap, akibat hujan yang turun dengan intensitas cukup tinggi,” terangnya. Muharram juga mengaku, sejumlah WG yang ada kondisinya sangat tidak memungkinkan, menampung debit air yang terus menumpuk seiring hujan yang turun tanpa henti. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya air paritan yang meluap ke area perkebunan lantaran penutupan WG oleh perusahaan. Padahal pada akhir November 2019 lalu, penutupan WG menjadi salah satu solusi jangka pendek yang dapat dilakukan perusahaan, agar aliran limbah dari paritan tidak langsung dialirkan ke Sungai Segah. Menyusul hasil uji laboratorium yang dilakukan DLHK, membuktikan akar masalah dari kejadian ialah air paritan milik perkebunan sawit PT KLK Grup yang mengandung zat penjernih air dari hasil limbah pupuk yang mereka gunakan. “Saya bersama tim juga meninjau salah satu WG yang over kapasitas air. Di sana kalau mau ditutup juga tidak memungkinkan, karena air sudah meluap ke permukaan tanggul, dan akhirnya menutupi jalan hingga perkebunan,” jelasnya. Bukan hanya persoalan WG yang tak mampu menampung luapan air dari paritan perkebunan, tetapi hasil pemeriksaan DLHK, kondisi pH air yang menumpuk tersebut ada di kisaran 2,7 - 3,1. Sangat jauh di bawah bakumutu air Sungai Segah yang ada di kisaran pH 6. Menurutnya, kondisi inilah yang menyebakan perubahan Sungai Segah menjadi jernih dan menyebabkan ikan mati. “Tadi sudah saya perintahkan pihak perusahaan untuk segera membuat kolam kendali air paritan sebelum dialirkan ke sungai,” tegasnya. Bukan hanya meminta perusahaan segera menyelesaikan pengendalian WG yang jebol, diakui Muharram, dia akan kembali memanggil manajemen PT KLK Grup, untuk melaksanakan rapat pembahasan penanganan jangka panjang agar kejadian ini tidak kembali terulang. “Selasa (besok, Red.) kami akan rapat kembali mencari penyelesaian jangka panjang, karena mereka harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini,” tutupnya. DINKES BELUM TERIMA KELUHAN Dinas Kesehatan Kabupaten Berau menyebut, meski Sungai Segah berubah kondisinya, bagi warga yang mengonsumsi air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tak perlu merasa khawatir, sebab dalam pengolahannya telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan kualitas yang baik. “Kalau untuk PDAM, karena sudah diolah dengan cukup baik warga tak perlu cemas,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi, Minggu (5/1). Namun, bagi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Segah, dan tidak mengonsumi air dari PDAM, melainkan air langsung dari sungai, diimbau Iswahyudi juga tak perlu cemas. Sebab, meski air Sungai Segah menyebabkan ikan mati, namun kondisi keasaman yang dimiliki masih layak untuk digunakan warga. Akan tetapi, bagi warga yang tidak memiliki pilihan lain untuk digunakan sebagai air konsumsi, Dia meminta warga untuk mengolah air sungai tersebut dengan baik sebelum dikonsumsi, atau untuk kebutuhan dapur. “Air itu harus dimasak dulu dengan matang, agar bakterinya mati, langkah ini bagi warga yang tidak memiliki pilihan lain untuk dikonsumsi. Tetapi kalau ada pilihan lain kami sarankan beli air kemasan isi ulang karena lebih terjamin kualitasnya,” ujarnya. Iswahyudi juga mengklaim, perubahan warna dan penurunan pH Sungai Segah, sejak awal Januari 2020, Dinas Kesehatan Berau belum menerima laporan dari puskesmas yang wilayahnya dilalui Sungai Segah, terkait keluhan warga adanya gatal-gatal pada kulit akibat memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Meski begitu, Dia tetap mengintruksikan setiap puskesmas melakukan monitoring terhadap warga terkait kemungkinan penyakit kulit itu terjadi. “Kalau untuk gatal-gatal belum ada laporan, dan kemungkinan besar juga tidak akan terjadi karena kondisi air sungai masih sangat aman. Tetapi jika warga punya kulit sensitif tidak menutup kemungkinan bisa terjangkit,” jelasnya. “Namun sampai sekarang tidak ada laporan warga kena penyakit kulit, tim kami juga terus rutin menjangkau warga yang ada di pinggiran sungai,”tandasnya. (*/zuh/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: