Hijau karena Limbah

Hijau karena Limbah

Perubahan kondisi Sungai Segah kembali terjadi pada Jumat (3/1) kemarin.(FERY SETIAWAN) REPORTER Zuhrie & Fery Setiawan TANJUNG REDEB, DISWAY – Sempat kembali normal, namun sejak awal tahun 2020, Sungai Segah kembali berubah warna menjadi hijau. Walau ada upaya penutupan Water Gate oleh PT Kuala Lumpur Kepong (KLK) Grup, namun hal tersebut diduga belum memberikan hasil maksimal. Bupati Berau Muharram mengatakan, curah hujan yang cukup tinggi sejak awal Januari disinyalir menjadi penyebab adanya luapan, dari saluran pembuangan milik PT KLK Grup ke Sungai Segah. Sehingga, diduga menyebabkan Sungai Segah kembali berubah warna, apalagi menurutnya sejumlah hasil uji laboratorium membuktikan, PT KLK Grup dianggap, dalang dari semua ini. “Bisa jadi ada luapan. Sejak malam tahun baru, sampai sekarang hujan tidak ada berhenti. Otomatis paritan PT KLK Grup yang ditutup itu meluap, kalau meluap tidak ada tempat lain selain mengalir ke sungai,” ujarnya. Dalam kasus dugaan pencemaran Sungai Segah ini, Muharram mengaku telah menerima hasil uji laboratorium yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) pada pihak swasta. Hasilnya pun diketahui, jika penyebab terjadinya perubahan warna Sungai Segah, akibat limbah perusahaan sawit PT Hutan Hijau Mas (HHM) dan PT Satu Sembilan Delapan (SSD). “Hasil uji lab swasta, dan uji lab yang dilakukan DLHK itu sama. Semua menyatakan kalau penyebab Sungai Segah berubah, karena limbah perusahaan sawit,” tegasnya. Meski hasil uji laboratorium telah membuktikan pencemaran Sungai Segah, akibat limbah dari PT KLK Grup, Muharram mengaku pihak perusahaan masih belum menerima hasil itu. KLK Grup meminta untuk dilakukan uji laboratorium kembali, di laboratoirum yang lain. Meski begitu, ada sejumlah hal yang menurut Muharram, mengindikasikan pihak perusahaan mengakui perbuatannya. Salah satu di antaranya, dengan adanya penyerahan CSR terhadap petani keramba, dan nelayan sungai beberapa waktu lalu. “Menurut mereka ini bagian dari CSR, tetapi kalau kami lihat ini sebagai pengakuan bersalah. Ya walau mereka tetap menolak. Itu terserah mereka,” jelasnya. “Kami juga sudah bersurat ke Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, untuk meneliti lebih dalam soal fenomena ini,” imbuhnya. Saat ini, upaya konkrit yang telah dilakukan pemerintah daerah, yakni dengan memaksa pihak perusahaan membangun kolam pengendalian limbah sebelum air limbah perkebunan tersebut dibuang ke sungai. Ini merupakan upaya yang bisa dilakukan pihaknya, sesuai dengan yang diminta pihak perusahaan dari dua pilihan yang diajukan pemerintah daerah. Dua pilihan yang diajukan itu, dikatakan Muharram, yakni penyelesaian secara hukum atau secara kekeluargaan. “Kerena mereka memilih menyelsaikan secara kekeluargaan, maka mereka harus memenuhi semua yang kami perintahkan. Yaitu pembuatan kolam pengendalian limbah, dan membayar ganti rugi,” ucapnya. “Kami tidak bisa serta merta menyetop aktivitas perusahaan. Sebab akan menyebabkan pengangkuran ribuan orang, selain itu akan berdampak terhadap pendapatan daerah,” pungkasnya. IKAN MATI Dampak perubahan air Sungai Segah, kembali dirasakan oleh pembudidaya keramba yang berada di kawasan Jalan Bujangga. Perubahan air Sungai Segah kali ini menimbulkan kerugian. Seperti yang diutarakan pembudidaya keramba, Iwan (32) pihaknya kembali khawatir dengan persoalan tersebut. Awal tahun 2020 ini, sudah terpantau empat ekor ikan miliknya mati karena terdampak perubahan air sungai tersebut. “Tadi pagi ikan saya mati empat ekor, satu patin dan tiga ekor ikan mas,”katannya kepada DiswayBerau. Diakuinya, saat ini bimbang, dan menunggu Dinas Perikanan untuk kembali memberikan solusi terkait persoalan tersebut. Beberapa pekan lalu, pihaknya telah dipanggil dinas terkait, untuk melakukan pembahasan kompensasi bersama dengan PT KLK Grup. Pada kejadian sebelumnya, dirinya telah mencoba untuk memindahkan ikan miliknya ke kolam yang ada di rumahnya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Hanya dalam waktu satu hari ikannya harus dikembalikan ke dalam keramba karena kondisi ikan semakin kritis setelah dilakukan pemindahan. “Kami sudah coba untuk pindahkan di kolam semen, tapi malah banyak yang mati,”ujarnya. Dikatakannya, seluruh pembudidaya keramba yang ada di bantaran Sungai Segah saat ini hanya bisa pasrah dengan keadaan.(*/zuh/*/fst/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: