Ini Perbedaan Gaya Main Penjaga Gawang Dulu dan Sekarang, Mencolok Sekali

Ini Perbedaan Gaya Main Penjaga Gawang Dulu dan Sekarang, Mencolok Sekali

Ferdi Ferdiansyah menjelaskan perbedaan penjaga gawang dulu dan sekarang. -istimewa-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Kiper merupakan tembok terakhir bagi kesebelasan tim sepak bola. Posisi ini tentunya menjadi sangat vital. Namun gaya bermain penjaga gawang kini, berbeda dengan yang dulu. Apa perbedannya? 

Coach Ferdi Ferdiansyah, Owner dari FF78 GK Training menjelaskan secara gamblang. Sepak bola modern katanya menuntut permainan serba cepat. Hal ini tentu berbeda dengan penjaga gawang era 2000an. Sebut saja seperti Gianluigi Buffon, Iker Cassilas hingga Nelson Dida. Ketiganya hanya memainkan peran sebagai tembok terakhir tim agar tidak kebobolan. Sepak bola modern tidak lagi seperti itu. 

“Menurut pandangan saya, gaya bermain kiper dahulu mereka hanya dituntut untuk menjaga gawang agar sulit dibobol musuh,” ucapnya, Sabtu 18 Mei 2024.

BACA JUGA:1.500 Cyclist dari 17 Negara dan 428 Komunitas 31 Provinsi, Siap Taklukkan Antangin Bromo KOM X

Penjaga gawang dulu tidak dinamis. Cenderung kaku dalam pola permainan yang diterapkan oleh pelatih. Mereka cuma dituntut sigap dan tidak boleh keluar dari kotak penalti. Begitu kata Ferdi yang juga merangkap Goalkeeper Coach Youth Development itu.  

Sementara dalam sepak bola modern, peran penjaga gawang justru bertranformasi. Mereka harus bisa menjadi penyuplai bola pada area pertahanan tim. Tuntutan mereka tak hanya mengamankan jala gawangnya agak tidak kebobolan. Kiper juga sekarang dituntut harus memiliki kemampuan dalam mengoper secara akurat. Atau bisa melakukan build up, yakni membangun serangan dari belakang. 

“Sedangkan untuk kiper sekarang, selain mereka dituntut agar tidak kebobolan, mereka juga harus memiliki kemampuan dalam bermain kaki seperti distribusi long and short pass,” kata Ferdi.

Perbedaan gaya bermain tersebut tentu memiliki plus dan minus. Ada keunggulan dan kelemahannya masing-masing.

Keunggulan yang dimiliki oleh kiper gaya old, mereka memiliki reflek yang sangat bagus pada kedua tangannya. Namun di satu sisi mereka sulit melakukan pendistribusian bola kepada rekan-rekan setimnya.

“Keunggulan dari kiper dengan gaya lama, mereka memiliki reaksi yang sangat bagus dalam penyelamatan menggunakan gerakan tangan. Namun meraka sulit dalam mengumpan ke rekan-rekannya,” terang Pria berbaju baru itu.

BACA JUGA:Pelatih Borneo FC Kritik Penggunaan VAR Championship Series: Kenapa Tidak Ada di Pinggir Lapangan?

Sedangkan, kiper dengan gaya modern, mereka jauh lebih baik dalam penyelamatan. Karena tak hanya reflek dari tangan saja, melainkan kakinya juga bisa menjadi penyelamat. Sebagai contoh kiper Bayern Munich, Manuel Peter Neuer, yang disebut-sebut merupakan cikal bakal kiper dengan gaya bermain modern. Neuer tidak sungkan-sungkan keluar dari kotak penalti untuk lakukan takling kepada pemain lawan, mana kala pemain bertahan berada dalam keadaan tertinggal. 

“Sedangkan bagi Kiper gaya baru, mereka memiliki kemampuan penyelamatan yang baik dan juga mampu menjadi pemain terakhir karena memiliki kemampuan bermain kaki yang baik,” imbuhnya.

Tapi lagi-lagi bukan berarti kiper gaya modern tidak memiliki celah. Mereka juga sering lakukan blunder ketika lakukan penyelamatan menggunakan reflek melalui tangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: