Anomali Cuaca Akibat Perubahan Iklim, Kaltim Siaga Karhutla

Anomali Cuaca Akibat Perubahan Iklim, Kaltim Siaga Karhutla

Cuaca panas yang berkepanjangan di Kaltim meningkatkan resiko kebakaran hutan dan lahan.-(Istimewa)-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Anomali cuaca menyebabkan peningkatan jumlah titik panas di Kalimantan Timur (Kaltim) dalam beberapa waktu belakangan ini.

Rekor tertinggi tercatat pada Rabu, 17 April 2024. BMKG Stasiun Balikpapan mendeteksi 383 titik panas tersebar di enam daerah, dengan jumlah tertinggi terpantau di Kutai Timur sebanyak 211.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim Agus Tianur mengatakan, titik panas yang terpantau bukanlah indikasi pasti terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), namun tetap menjadi potensi yang harus diwaspadai.

BACA JUGA: Kebakaran Melalap 15 Ruko di Sungai Ampal Balikpapan, Satu Motor Ikut Terbakar

"Kami menerima laporan akhir-akhir ini kerap terjadi kebakaran hutan dan lahan. BPBD di kabupaten dan kota telah kami instruksikan untuk siaga, namun mereka masih merasa mampu mengatasi situasi yang terjadi," ujar Agus, akhir pekan ini.

Wilayah Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Penajam Paser Utara menjadi fokus utama karena dominasi titik panas, meskipun tidak semua wilayah mengalami hal yang sama.

Menurut Agus, wilayah selatan dan barat Kaltim masih mendapatkan hujan, yang membantu mengurangi potensi karhutla.

BACA JUGA: Sudah 10 Kali Peristiwa Kebakaran di Samarinda selama Ramadan, Yang Terbaru Satu Orang Meninggal Dunia

Pun demikian, kata Agus, fenomena pertumbuhan titik panas di Kaltim tahun ini terpantau semakin ekstrem dibanding tahun lalu.

"Kami membandingkan data kejadian di masa lalu dengan yang terjadi saat ini. Fenomena di Kaltim agak berbeda, ada anomali yang perlu diketahui oleh masyarakat," ungkap Agus.

Agus mengatakan, pihaknya telah mendiskusikan persoalan ini dengan Kepala BMKG Kaltim. Perubahan iklim telah memberikan dampak terhadap lima provinsi di Kalimantan.

BMKG memberikan sinyal untuk berhati-hati dan merekomendasikan untuk mengambil langkah-langkah antisipatif.

BACA JUGA: BMKG: Waspadai Pasang Tinggi hingga 2,9 Meter Awal Pekan Ini

Menurut Agus, upaya mitigasi perlu dilakukan agar fenomena yang terjadi tidak berdampak luas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: