Dianggap Hama Petani Kelapa, Organ Jadi Buruan

Dianggap Hama Petani Kelapa, Organ Jadi Buruan

Beruang Madu sudah tak asing di masyarakat. Satwa bernama latin Helarctos malayanus, bagi sebagian orang dianggap hama tanaman kelapa. Namun siapa sangka, keberadaannya kini diambang kepunahan. HENDRA IRAWAN, Tanjung Redeb NAMA Beruang Madu yang akrab oleh orang Indonesia, karena kebiasaan si Beruang yang gemar meminum madu, walaupun madu bukanlah satu-satunya makan beruang ini. Selain nama Beruang Madu, satwa itu juga disebut Sun Bear atau Malayan Sun Bear. Itu diambil dari bentuk tanda di dada dan sekitar leher dari beruang yang menyerupai matahari terbit. Beruang Madu termasuk familia Ursidae dan jenis paling kecil dari delapan jenis beruang yang ada di dunia. Panjang tubuhnya 1,4 meter, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 – 65 kg. Bulu beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam. Aktivitasnya lebih banyak dihabiskan di pepohonan. Beruang yang terkenal dengan keahliannya memanjat ini, memiliki bentuk kaki depannya menghadap ke dalam. Tak heran jika hal itu yang memudahkannya mencengkeram batang pohon untuk memanjat. Ia juga dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. “Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 Km untuk mencari makanannya,” ungkap Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Kamis (12/12), kemarin. Beruang madu disebut juga dengan makhluk nokturnal atau aktif di malam hari. Mereka sebagian besar menghabiskan waktu di pohon dan di tanah untuk mencari makanan, kecuali betina dengan anaknya. Satwa tersebut umumnya bersifat soliter, dan tidak berhibernasi sebagaimana spesies beruang lainnya karena sumber pakannya tersedia sepanjang tahun. Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian atau perkebunan warga. Beruang biasanya berada di pohon pada ketinggian 2 - 7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang. Menurut Dheny, habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara. Penyebarannya di Indonesia terdapat Pulau Kalimantan, dan Sumatera. Di Kalimantan beruang tersebar di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Berau. “Beruang kerap terlihat Hutan Lindung Sungai Lesan, serta pesisir selatan Berau seperti di Kecamatan Tabalar, Batu Putih, dan Bidukbiduk,” jelasnya. Beruang madu adalah binatang omnivora yang memakan apa saja di hutan. Mereka memakan aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis, termasuk juga tunas tanaman jenis palem. Selain itu, serangga, madu, burung, dan binatang kecil lainnya. Ia juga mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar. Hal itu dikarenakan apabila Beruang Madu memakan buah, bijinya akan ditelan utuh. Sehingga biji buah tersebut tidak rusak, dan akan kembali dikeluarkan ketika beruang mengeluarkan feses (tinja). Hewan mamalia ini, termasuk hewan pemalu dan penyendiri di antara hewan sejenis. Tetapi beruang juga merupakan satwa yang cukup agresif apabila keberadaannya terganggu oleh manusia, dan membuatnya ditakuti warga ketika beraktivitas di dalam hutan. Namun, ada juga yang menganggap beruang tersebut sebagai hama. Karena kerap merusak tanaman kelapa masyarakat. “Di Bidukbiduk informasinya seperti itu, beruang ini banyak merusak tanaman kelapa masyarakat,” jelasnya. Beruntungnya, masyarakat di sana tidak melakukan langkah ekstrem seperti membunuh satwa tersebut meskipun sudah merusak kebun kelapa. Pasalnya, warga di sana sudah mengetahui, bahwa beruang merupakan satwa dilindungi oleh Undang-Undang. “Tapi kami akan terus pantau, apakah benar Beruang di sana yang menjadi penyebab kerusakan kelapa, atau disebabkan satwa lain,” terangnya saat didampingi salah seorang stafnya Dhani Silviawati, sebagai Pengendali Ekosistem Hutan pada SKW I Berau. Beruang madu, menurutnya, dikategorikan sebagai binatang yang mudah diserang dan terancam kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh kerusakan habitat yang berlangsung terus-menerus. Ancaman terbesar bagi beruang madu adalah semakin hilangnya habitat yang berupa hutan hujan tropis. Termasuk di antaranya fragmentasi dan degradasi hutan yang disebabkan oleh perilaku manusia berupa pembalakan hutan secara liar. Serta penebangan hutan untuk keperluan perkebunan. Selain degradasi hutan, ancaman lain bagi Beruang Madu adalah adanya perburuan, baik di kawasan perlindungan maupun di luar kawasan perlindungan. Sebab, bukan rahasia lagi, bagian tubuh beruang madu seperti kantung empedu, serta cairannya banyak diperdagangkan secara gelap untuk memenuhi permintaan pasar pengobatan tradisional. “Harga satu organnya mahal dan mencapai jutaan rupiah di pasar gelap,” jelasnya. Selain itu, konflik yang terjadi antara manusia dengan beruang madu terkait dengan kerusakan wilayah pertanian, juga merupakan ancaman bagi beruang jenis ini. Bencana alam seperti kebakaran hutan turut memengaruhi perkembangan populasinya. “Kelangsungan hidup beruang madu karena berhubungan erat dengan kelestarian habitat serta ketersediaan makanan.” ujarnya. Konservasi beruang madu perlu difokuskan pada perlindungan terhadap habitat hutan, dan supremasi hukum yang tegas terkait dengan pelanggaran terhadap perlindungan beruang madu. Bahkan di tahun ini, pihaknya telah menerima 3 ekor beruang madu yang diserahkan masyarakat secara suka rela ke BKSDA. “Dua ekor dari Kaltara, dan satu ekor dari Kecamatan Sambaliung. Selanjutnya satwa itu dikirim ke pusat rehabilitasi Beruang di Samboja,” terangnya. Dijelaskan Dheny juga, Beruang Madu telah terdaftar dalam Apendiks I oleh Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979. Di mana beruang tidak boleh diburu oleh siapapun. Ia juga menambahkan, Oleh IUCN Red List atau Daftar Merah IUCN atau yang dikenal dengan Red Data List, sebuah organisasi internasional untuk menetapkan standar daftar spesies upaya penilaian konservasi, dimana Beruang merupakan salah satu spesies yang masuk ke daftar Red Data List dengan status Vulnerable (Rentan). (*/APP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: