Digitalisasi UMKM di Maratua Dorong Peningkatan Transaksi

Digitalisasi UMKM di Maratua Dorong Peningkatan Transaksi

salah satu pelaku UMKM yang ada di Maratua-Disway Kaltim-

Tanjung Redeb, NOMORSATUKALTIM - Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Maratua didorong agar melek teknologi. Agar usaha bisa terus berjalan dan makin berkembang. Salah satu digitalisasi yang dilakukan adalah pembayaran nontunai. Karena masyarakat belum banyak yang menggunakan pembayaran nontunai dalam bertransaksi. Ditambah, Maratua merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dalam maupun luar negeri.

“Pengunjung ke Pulau Maratua ini tidak sedikit, apalagi pada musim liburan. Jadi sudah harus melakukan peningkatan dengan digitalisasi untuk UMKM yang ada di Maratua ini,” kata Camat Maratua, Ariyanto, Senin (27/11/2023).

Diakuinya sudah ada perbankan yang melakukan sosialisasi digitalisasi UMKM. Namun, dirinya menilai tingkat pemahaman para pelaku UMKM kurang sehingga proses tersebut tidak berjalan lancar.

"Jadi ini menjadi PR kita, agar proses digitalisasi UMKM bisa diterapkan secepatnya,” ujarnya.

Ariyanto mengungkapkan, beberapa waktu lalu, juga telah dilaksanakan sosialisasi dan edukasi kepada para pelaku UMKM terkait pembayaran nontunai.

"Terkait hal itu, kami terus berupaya agar bisa segera direalisasikan. Kami juga terus menggandeng pihak perbankan untuk membantu kami, agar digitalisasi UMKM bisa terealisasi di Maratua secepatnya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Ariyanto berharap peningkatan jumlah pengunjung ke Kecamatan Maratua mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Saya akan berupaya pelaku UMKM bisa naik tingkat melalui digitalisasi untuk mempermudah pengunjung dalam bertransaksi," tandasnya.

Sementara, salah satu pelaku UMKM Maratua di Kampung Bohe Silian, Meri Ariska mengakui memang sebagian warga Maratua, terutama untuk pelaku UMKM belum menggunakan transaksi online atau QRIS.

Menurutnya, untuk melakukan pembayaran nontunai masih terbilang susah. Pasalnya, fasilitas jaringan internet belum memadai atau masih lelet.

“Khususnya di Kampung Bohe Silian ini memang masih keterbatasan jaringan internet,” ujarnya.

Selain itu, dia juga mengalami kesulitan jika ingin mempromosikan beberapa dagangannya.

“Kalau untuk di kampung-kampung lain seperti Teluk Harapan, Payung-payung, itu beberapa sudah ada yang menggunakan pembayaran via online atau QRIS,” ujarnya.

Meri berharap pemerintah daerah mencari solusi untuk mengatasi permasalahan keterbatasan jaringan internet tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: