Kedustaan Zionis Israel Terbongkar

Kedustaan Zionis Israel Terbongkar

Tim evakuasi Palestina menyelamatkan seorang anak kecil yang terperangkap di puing rerentuhan akibat serangan zionis Israel.--Reuters - Anas

NOMORSATUKALTIM – Sejak meletus perlawanan Hamas terhadap penjajah Israel meletus 7 Oktober silam, banyak narasi dari pemerintah Israel, yang belakangan ternyata kabar dusta. Ada beberapa kebohongan yang kemudian dikutip media Barat.

Kebohongan Israel, di antaranya, klaim serangan bom di rumah sakit Al-Ahli Baptis di Gaza, yang terjadi beberapa hari silam. Pada 17 Oktober 2023, ratusan warga Palestina meninggal dunia dalam serangan bom di rumah sakit itu.

Pemerintah Israel mengklaim serangan bom itu disebabkan kegagalan peluncuran roket yang dilakukan kelompok perlawanan Jihad Islam Palestina.

Namun, tim investigasi digital Al Jazeera, SANAD, memutuskan menyelidiki klaim dari penjajah ini. SANAD melakukan analisa mendalam terhadap video Al Jazeera dan beberapa video lain dari pelbagai sumber.

Hasilnya, video itu menunjukkan serangkaian peluncuran roket dari Gaza. 

Video itu dengan jelas menunjukkan bagaimana sistem Iron Dome mencegat roket-roket itu. Namun, saat mata teralihkan cahaya dan keberhasilan Iron Dome mencegat rangkaian roket, ternyata roket lainnya meluncur dan roket inilah yang menghancurkan RS Al-Ahli Baptis.

"Tim investigasi digital Al Jazeera, tidak menemukan dasar bagi klaim tentara israel bahwa serangan terhadap rumah sakit Al-Ahli di gaza disebabkan oleh peluncuran roket yang gagal," ujar pernyataan Al Jazeera, dikutip dari akun Xnya, Sabtu (21/10/2023).

Kedustaan berikutnya soal penyudutan Hamas. Yang menuding para pejuang Palestina itu memenggal kepala bayi. Belakangan, kabar itu juga terbukti hoax.

Berita hoax itu awalnya disampaikan tentara Zionis Israel kepada seorang jurnalis Israel dari media i24News. Dari sana lalu hoax menyebar ke seluruh dunia. Bahkan dikutip Presiden Amerika, yang akhirnya dijadikan sebagai justifikasi pemerintah Zionis Israel untuk melakukan genosida terhadap warga Gaza.

Atas hoax itu, jurnalis CNN Sarah Sinder akhirnya meminta maaf secara terbuka.

“Yesterday the Israeli Prime Minister's office said that it had confirmed Hamas beheaded babies & children while we were live on the air. The Israeli government now says today it CANNOT confirm babies were beheaded. I needed to be more careful with my words and I am sorry,” ujar Sidner. Video permintaan maaf itu beredar luas di media sosial.

Polisi Palestina memeriksa rudal yang tidak meledak di rumah warga Gaza, Palestina. (eyeonpalestine)

Kedustaan ketiga dari penjajah Israel terkait bantahan atas penggunaan bom fosfor.

Namun akhirnya Israel terbukti menggunakan bom fosfor putih di Gaza. Kejahatan ini didokumentasikan Amnesty International. Amnesty International pada Jumat (13/10/2023) mengatakan, Laboratorium Bukti Krisisnya telah memverifikasi bahwa unit militer Israel yang menyerang Gaza dilengkapi peluru artileri fosfor putih. Menurut hukum internasional, penggunaan fosfor putih di wilayah sipil sangat dilarang. Asap fosfor putih jika terhirup dapat menyebabkan cedera paru-paru mendadak dan mati lemas.

Video dan foto yang didokumentasikan organisasi nonpemerintah itu menunjukkan Israel menggunakan fosfor putih di Gaza sejak 7 Oktober.

Bukti yang dijelaskan Amnesty International, berupa foto yang menampilkan peluru artileri M825 dan M825A1 dengan label D528 yang digunakan untuk amunisi berbasis fosfor putih. Gambar itu diambil jurnalis foto Anadolu Agency, Mustafa Al-Kharouf, pada 9 Oktober.

Gambar-gambar yang dirilis Anadolu termasuk gambar momen peluru artileri fosfor putih meledak di udara selama serangan udara Israel di Gaza pada 10 dan 11 Oktober.

Kedustaan selanjutnya, penjajah Israel juga ketawan bohong atas sikapnya yang merekayasa sejumlah pembunuhan warga Palestina. Awalnya beredar video yang disebar Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada 10 Oktober. Video itu memperlihatkan empat jenazah pejuang Hamas dengan senjata laras panjang. Disebutkan pejuang Hamas terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di Zikim Beach.

Tapi, video itu ternyata hasil rekayasa Israel. Jenazah itu warga sipil yang tidak bersenjata. Adapun senjata dekat jenazah sengaja ditanamkan pasukan zionis.

Bukti kedustaan itu dibongkar dari investigasi digital yang dilakukan Al Jazeera pada video yang disebar oleh IDF.  "Empat teroris dengan senjatanya melakukan operasi di wilayah kita dan berada dalam masalah yang berbeda dari kami," ujar salah satu dari dua tentara yang berdiri di samping empat jenazah yang terbaring di atas tanah. Dalam penyelidikan, mereka menemukan perbedaan dan ketidakkonsistenan.

Al Jazeera kemudian melakukan investigasi digital melalui tim SANAD atas klaim yang dilakukan IDF.

"Investigasi ini mengkonfirmasi ketidakkonsistenan yang ditemukan aktivis dan lainnya yang menyatakan tentara Israel mengeksekusi empat warga sipil Palestina yang telah menyerahkan diri," jelas Al Jazeera.

Di sisi lain, kantor urusan kemanusiaan PBB merilis jumlah korban. Tercatat lebih dari 140 ribu rumah, atau hampir sepertiga dari seluruh rumah di Gaza, telah rusak dan hampir 13 ribu di antaranya hancur total.

 

 

 

Israel telah menyerang Gaza melalui serangan udara dan membuat jutaan warga Gaza terkepung. Israel juga melarang pengiriman makanan, bahan bakar, dan pasokan medis. Sejak 7 Oktober, 3.785 warga Palestina telah terbunuh, termasuk lebih dari 1.500 anak-anak, kata pejabat Palestina. PBB mengatakan, lebih dari 1 juta orang kehilangan tempat tinggal. 

Pers Indonesia Jangan Terjebak Narasi Isarel

Diwartakan sebelumnya, Dewan Pers mengimbau kalangan Pers Indonesia agar lebih berhati-hati saat menyajikan pemberitaan ihwal pertempuran Palestina dan Israel. Terutama soal pemberian label "teroris" bagi kelompok Hamas.

Dewan Pers menegaskan pemberian label teroris itu dinilai tidak tepat. Penegasan itu disampaikan Dewan Pers, melalui Siaran Pers No. 22/SP/DP/X/2023 yang dirilis, Sabtu (14/10/2023).

"Sikap ini sangat perlu diterapkan agar Pers Indonesia tidak termakan propaganda Israel dan media-media afiliasi atau pendukungnya, termasuk hoaks, dan yang menghakimi," tegas Dewan Pers.

Dewan Pers mencatat konflik Palestina memiliki sensitivitas dan mendapat perhatian luas dari pemerintah dan masyarakat Indonesia. Sehingga para insan pers harus berlandaskan prinsip-prinsip jurnalisme dan Kode Etik Jurnalistik. Terutama saat menyajikan pemberitaan terkait.

Selain itu, Pers Indonesia sebagai bagian komponen bangsa juga memiliki kewajiban moral menegakkan prinsip yang ditegaskan di pembukaan UUD 1945.

Dewan Pers mengingatkan agar Pers Indonesia memahami sikap resmi pemerintah Indonesia yang mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka dan berdaulat.

"Hindari penyematan atribusi yang terkesan pelabelan negatif atau stigmatisasi terhadap kelompok tertentu. Terutama di kalangan kelompok masyarakat Palestina. Misalnya label kelompok teroris, itu jelas tidak tepat," tegas Dewan Pers. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: