Koalisi Haha Hihi

Koalisi Haha Hihi

Setelah muncul tiga bakal capres, ritme politik Tanah Air datar-datar saja. Justru, yang ditunggu-tunggu siapa bakal cawapresnya. Sosok cawapres ibarat kuncian untuk menjadi penentu dalam Pemilu 2024. Berbulan-bulan datar, tetiba dinamika politik mulai memanas.

Hal itu terjadi paska Cak Imin atau Muhaimin Iskandar, digandeng NasDem menjadi calon pendamping bacapres Anies Baswedan. Ditariknya Cak Imin seperti badai yang mampu menggoyang perpolitikan.

Media gaduh memberitakan reaksi Demokrat yang merasa dikhianati. Spanduk, baliho dan pelbagai atribut kampanye Anies-AHY diturunkan, dimana-mana. Termasuk di Balikpapan. Demokrat juga membuka tabir-tabir Koalisi Perubahan kepada publik.

Dari bocoran surat Anies yang menawarkan AHY menjadi calon pendampingnya, sampai pidato SBY yang emosional. Publik ikut bereaksi, terutama netizen. Menganggap Demokrat baper, terlalu lebay dan anggapan negatif lainnya.

Banyak yang membadingkan reaksi Demokrat dan SBY dengan Mahfud MD. Yang sudah dipanggil di Istana, sudah mengukur baju, lantas tetiba gagal menjadi wakil Jokowi. Tapi sikap Mahfud biasa saja. Ada pula yang membandingkan dengan reaksi Prabowo, yang juga biasa ditinggal Cak Imin.

Reaksi lain tak kalah ramai. Yang menilai Cak Imin pernah berkhianat, pamannya saja dikhianati apalagi orang lain. Begitu pun dengan Anies Baswedan. Yang juga dinilai khianat. Termasuk Surya Paloh. Paska pengumuman Anies – Cak Imin, kegaduhan benar-benar bising. Semua pihak dianggap salah. Agak-agak lucu, tapi seru.

Hanya saja, masa iya kita sudah lupa?

Bagaimana permainan politik SBY, yang kerap berperan menjadi pihak terdzalimi. Pun gaya Surya Paloh, yang begitu gigih berdekatan dengan pemerintahan tetiba membuat koalisi perubahan. Bahkan seluruh pihak, yang memang sering bergonta ganti pasangan.

Masa iya kita lupa?

Bagaimana dulu Anies menjadi Jubir timses Jokowi, kemudian menjadi anak buahnya di kementerian pendidikan, tetiba kini seakan menjadi antitesanya. Atau Prabowo yang dulu lantang akan menjadi oposisi, lantas justru menjadi menteri. Itulah politik. Jangan pernah serius menanggapi dinamika politik.

Hari ini kawan, besok lawan, sudah biasa. Hari ini marah-marah, besok ramah, memang begitu polanya. Itulah gimmick politik. Apapun dinamikanya, tidak perlu ditanggapi serius, apalagi dimasukan ke hati.

Threshold dan Muara Korupsi

Jika ingin bereaksi atau mengambil sikap kritis, justru perlu kita koreksi soal sistem Threshold, baik parliamentary threshold maupun presidential threshold.

Yakni, ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) di Pemilu 2024. Ambang batas parlemen sesuai Perppu Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pemilu, sebesar 4%. PT ini syarat perolehan suara minimum bagi partai politik untuk mendapat kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Perhitungan PT dalam Pileg 2024 menggunakan metode sainte lague yang mengonversi jumlah suara partai menjadi kursi DPR. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: