Bincang Santai dengan Supardi Baatz, Kades Termuda di Kukar

Bincang Santai dengan Supardi Baatz, Kades Termuda di Kukar

Supardi Baatz. (istimewa)

Kukar, DiswayKaltim.com - Dia hadir ingin mendobrak sistem. Di tengah dominasi kelompok tua. Supardi Baatz namanya. Kades termuda di Kukar.

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak sudah berlangsung. 16 Oktober lalu.  421 calon kades berpartisipasi. Di 108 desa.

Di tempat asalnya, Desa Batu Kecamatan Tabang, Baatz mendaftar sebagai calon kades. Setelah empat tahun menimba ilmu. Di Universitas 17 Agustus (Untag) Samarinda.

"Saya berfikir kenapa kita yang muda-muda ini tidak kembali ke desa untuk membangun desa tempat kelahiran kita," cerita Baatz pada Disway Kaltim.

Karena katanya, pemuda juga bisa bersaing untuk menjadi pemimpin. Memajukan kesejahteraan membangun desa kelahiran.

Ia ingin mematahkan stigma. Hanya orang tua yang berhak mengelola desa. Terlebih tahun ini ia genap berusia 30 tahun.

"Yang penting ada kemampuan," ucap lulusan Fakultas Hukum Untag Samarinda ini.

Baatz bercerita proses dirinya maju menimbulkan pro dan kontra. Banyak yang beranggapan dirinya belum pantas memimpin desa. Lantaran  masih muda.

Dirinya juga dianggap tidak memiliki pengalaman di bidang pemerintahan.

Lawan politiknya pun bukan orang sembarangan. Seperti mantan Ketua BPD Desa Baru hingga anggota BPD Desa Baru. Dan lawan terakhir sang petahana saat itu.

Baatz berhasil unggul telak dari lawan-lawannya. Dia mengantongi  84 suara.

Ia memiliki visi menjadikan Kades Desa Baru. Yakni dari industri menjadi mandiri.

Industri sendiri akan dibaginya menjadi dua tahap. Yakni pertanian perkebunan dan kebudayaan.

Untuk industri kebudayaan dirinya berkomitmen mengangkat budaya adat. Nantinya tiap tahun akan ada ritual adat yang dilakukan demi menarik wisatawan. Seperti ritual cuci tanah dan ritual pesta panen.

"Saya rasa itu akan menarik wisatawan lokal dan luar, dan memang (itu,red) target kita," ucap dia.

Baatz berencana mengubah sistem di tata desa. Salah satunya mengaktifkan kembali semua lembaga yang ada di Desa Baru.

"Kalau dulu ngantornya Senin doang, nanti di zaman saya sampai hari Jumat," ungkapnya.

Kemudian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, lembaga adat juga akan  diaktifkan. Menurutnya sejauh ini lembaga tersebut tidak terlalu aktif.

Masa kepemimpinannya berlangsung selama enam tahun. Pekerjaan lainnya adalah mengembangkan SDM.

Masyarakat Desa Baru sebagian tidak memiliki uang untuk sekolah. Terobosannya, 10 persen dana desa (ADD) akan dialokasikan untuk pendidikan.

"Jadi tidak ada alasan lagi tidak ada uang unthk tidak sekolah atau kuliah," pungkas mantan ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Samarinda ini. (mrf/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: