Disbun Kaltim Ajak Petani Hindari Penggunaan Pestisida

Disbun Kaltim Ajak Petani Hindari Penggunaan Pestisida

Nomorsatukaltim.com – Dinas Perkebunan Kaltimmengajak para petani agar menghindari penggunaan pestisida. Sekaligus mulai menerapkan pengendalian organisme pengganggu tanaman secara alami. Kepala UPTD Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan Disbun Kaltim, Sopian menjelaskan penggunaan agen pengendali hayati dengan memanfaatkan mahkluk hidup di sekitar perkebunan. Hal itu ia sampaikan kepada para petani, di Desa Karang Jenawi, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara. Sopian mengatakan sejumlah hewan, seperti predator parasitoid, patogen serangga, antagonis patogen tumbuhan bisa dimanfaatkan sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman perkebunan. "Saat ini masih banyak petani kebun yang menggunakan pestisida sintetis dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan," ujar Sopian saat memberi pelatihan petani di PPU, kemarin. Padahal, lanjut Sopian, penggunaan bahan kimia itu selain membutuhkan biaya besar, juga mengakibatkan timbulnya beberapa masalah yang kurang menguntungkan. Antara lain timbul resistensi terhadap tanaman dan pencemaran lingkungan. "Kami sarankan kepada para petani untuk lebih bijaksana dalam pengendalian OPT, yakni dengan menggunakan musuh alami atau dengan istilah agen hayati, karena dengan biaya yang murah namun tidak menimbulkan dampak pada lahan," ujar Sopian, dilaporkan Antara, Senin (12/6/2023). Ia menjelaskan agen pengendali hayati merupakan organisme yang dapat dipergunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. "Pada pelatihan ini, kami melatih para petani memperbanyak agen pengendali hayati Trichoderma atau jamur yang digunakan sebagai fungisida," katanya pula. Ia bilang, Trichoderma salah satu agen hayati yang rutin digunakan untuk pengendali organisme pengganggu tanaman baik sebagai Trichokompos maupun aplikasi starter dengan cara disemprot atau dikocorkan/ditaburkan ke tanaman. Semakin meningkatnya minat petani dalam menggunakan agen pengendali hayati akan menekan dampak negatif dari penggunaan bahan kimia sintetik. "Tentunya program ini mengarah pada terciptanya sistem budi daya pertanian yang sehat dan lebih ramah lingkungan serta terjaga ekosistem pertanian yang berkelanjutan," ujarnya. Kementerian Pertanian sebelumnya telah melatih pengimplementasian Genta Organik atau Gerakan Tani Pro Organik. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, program ini sebagai alternatif solusi kelangkaan dan harga pupuk mahal melalui Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol. 5. Kementan menggagas program Genta Organik sebagai alternatif solusi kelangkaan dan harga pupuk mahal. Genta Organik mengkombinasikan pemakaian pupuk organik/hayati dan kimia dengan porsi berimbang. “Sebagai salah satu pengungkit produktivitas pertanian, ketersediaan pupuk menjadi faktor penting,” ujar Mentan SYL, melalui keterangan resminya, Selasa (14/3/2023) lalu. Ia bilang, kunci meningkatkan produksi pertanian dengan memelihara kesuburan tanah. Menurutnya, kesuburan tanah dapat dipelihara secara berkelanjutan dengan pupuk organik. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: