Kemenkes: Pangan Lokal Gantikan Biskuit Ibu Hamil dan Balita

Kemenkes: Pangan Lokal Gantikan Biskuit Ibu Hamil dan Balita

Nomorsatukaltim.com – Kementerian Kesehatan menyiapkan menu pengganti biskuit untuk balita dan ibu hamil. Yakni, dengan makanan lokal. Tujuannya menurunkan angka gizi buruk atau stunting. Menunya dibuat sesuai makanan lokal di daerah masing-masing. Hal itu disampaikan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Maria Endang Sumiwi. "Untuk rutin sesuai juknis, kita akan gunakan bahan pangan lokal sesuai daerah masing-masing. Menu-menunya sudah kita buatkan, tapi sesuai ketersediaan bahan pangan di daerah masing-masing," ujar Maria, disadur pada Sabtu (20/5/2023). Maria menjelaskan Pemberian Makanan Tambahan berbahan pangan lokal ini sebagai upaya mencapai target percepatan penurunan stunting dan wasting pada balita, serta penurunan prevalensi ibu hamil kurang energi kronis. Ia menjelaskan, wasting sebagai kondisi saat berat badan anak menurun drastis atau berada di bawah rentang normal. Menurut Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, angka stunting di dalam negeri mencapai 21,6 persen, dan angka wasting sebesar 7,7 persen. Maria menjelaskan angka stunting menurun, namun angka wasting tidak menurun. Maria berujar biskuit bakal tetap digunakan dalam situasi darurat, misalnya saat bencana. "Biskuit tetap kita gunakan dalam situasi-situasi emergency. Jadi pada saat situasi bencana ketika saat itu biskuit untuk bencana," jelasnya. Untuk mendapatkan PMT berbahan pangan lokal ini, ibu hamil mesti melakukan pemeriksaan kehamilan minimal enam kali. Ia menjelaskan pada pemeriksaan pertama, fasilitas pelayanan kesehatan bakal melakukan screening atas status gizi ibu hamil tersebut. Apabila status gizi sang ibu hamil kurang dan ditemukan kurang energi kronis, maka akan mendapatkan PMT. Ciri-ciri status gizi kurang itu memiliki lingkar lengan di bawah 23,5 cm, dan/atau IMT/BMI (body mass index) sebelum kehamilan di bawah 18,5 cm. Sedangkan, balita harus datang ke posyandu sebulan sekali untuk ditimbang dan diukur tingginya. Petugas posyandu dapat mengetahui perkembangan gizi balita tersebut dari hasil timbangan berat badan dan pertumbuhan tinggi badan. "Begitu di posyandu ditemukan, maka akan dikirim ke puskesmas dulu. Karena kadang-kadang balita yang enggak naik berat badannya ini ada penyakitnya. Jadi naik ke puskesmas dulu untuk cek. Jadi penyakit lain bisa diobati, masalah gizinya bisa diperbaiki dengan makanan tambahan," imbuh dia. Pemerintah Daerah sudah dapat melaksanakan kegiatan PMT berbahan pangan lokal melalui berbagai sumber dana yang dimiliki. Bagi daerah berkapasitas fiskal rendah dan sedang, pemerintah telah menganggarkan pengadaan PMT melalui anggaran dana alokasi khusus (DAK) non-fisik yang akan dilaksanakan oleh puskesmas. DAK non-fisik kini telah tersedia di puskesmas di 381 kabupaten/kota dengan fiskal sedang dan rendah. "Jadi untuk 125 kabupaten/kota dengan fiskal tinggi, kita harapkan dari APBD bisa mendanai. Tetapi ini tentu saja partisipasi masyarakat sangat dibuka untuk bisa ikut menyukseskan bahan pangan lokal untuk PMT balita dengan masalah gizi, dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronik," paparnya. (*/ Cin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: