Gerhana Matahari di Balikpapan Tidak Utuh

Gerhana Matahari di Balikpapan Tidak Utuh

Nomorsatukaltim.com - Gerhana Matahari Hibrida (GMH) di Kota Balikpapan tertutup awan sehingga terlihat tidak utuh. GMH di kota ini hanya terpantau sekitar 60 persen, Kamis pagi (20/4/2023). Meski begitu, pihak BMKG meminta agar masyarakat yang mau menyaksikan langsung gerhana matahari agar bisa melihatnya melalui saluran live streaming BMKG. "Jangan melihat langsung gerhana matahari dengan mata telanjang," ujar Kepala BMKG Balikpapan, Rasmid. Hal itu bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada mata. Fenomena GMH yang terjadi saat ini, dapat disaksikan sejak pukul 10.48 Wita dengan puncaknya yang terjadi pada pukul 12.15 Wita dengan total durasi selama 2 jam 56 menit. "Fenomena gerhana matahari hybrida di Balikpapan masuk mulai pukul 10.48 Wita dengan puncaknya pada pukul 12.15 Wita, sehingga total durasinya selama 2 jam 56 menit, atau hampir 3 jam," imbuhnya. Saat fenomena langka ini terjadi, sejumlah petugas BMKG Balikpapan memusatkan pantauannya di Masjid Islamic Center Balikpapan. Dengan menggunakan teropong, pihak BMKG Balikpapan memastikan bahwa fenomena gerhana matahari hibrida hanya terpantau 60 persen dari Kota Balikpapan. Rasmid mengatakan hasil observasi melalui peneropongan pada langit tidak teramati. Musababnya lantaran hujan dan awan tebal. "Ini disebut juga gerhana matahari sebagian," jelas Rasmid. Ia mengatakan disebut gerhana matahari hibrida lantaran terdiri dari matahari total, matahari cincin, dan juga matahari sebagian. Untuk wilayah Balikpapan, lanjutnya, fenomena yang terjadi gerhana matahari sebagian, karena hanya 60 persen bagian matahari yang tertutupi bulan. "Jadi hanya 60% matahari yang tertutup oleh bulan," ujar Rasmid. Menurutnya fenomena gerhana matahari hybrida di kota ini terakhir kali terlihat sejak tujuh tahun silam. Fenomena GMH juga menjadi kajian khusus Badan Riset dan Inovasi Nasional aka BRIN. Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging mengatakan, GMH adalah fenomena astronomi yang cukup langka. Sehingga membuka peluang untuk kegiatan kolaborasi riset lintas disiplin ilmu. Pihak BRIN akan melakukan pengamatan di Biak Numfor. Mereka akan melakukan riset terkait korona matahari, dampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecerlangan. Gerhana matahari hibrida terjadi saat matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. DI lokasi tertentu, masyarakat bisa mengamati gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin. Posisi pengamatan menjadi penentu, apakah seseorang bisa melihat fenomena gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin saja. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: