Balikpapan Sulit Wujudkan Ketahanan Pangan Mandiri
Nomorsatukaltim.com - Balikpapan menjadi kota penyangga Ibu Kota Negara, namun lantaran letak geografis yang berbeda dari Jawa, kota Minyak ini sulit mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri. Selama ini kebutuhan pangan untuk warga Kalimantan Timur, termasuk Kota Balikpapan masih bergantung pada impor dari luar daerah, seperti Jawa dan Sulawesi. Hal ini diakui Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Balikpapan, Heria Prisni. Ia mengaku bahwa Balikpapan sangat sulit untuk mewujudkan ketahanan pangan mandiri. Meski begitu, pihaknya tidak pasarh begitu saja. DP3 Balikpapan tetap mengupayakan semaksimal mungkin, mendongkrak produksi pangan meski letak geografis dan minimnya lahan menjadi hambatan terbesar. "Belum bisa kita untuk mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri, walaupun semaksimal mungkin diusahakan. Lahan kita minim, seperti pangan yang dominan impor dari luar Kaltim," ujarnya, ditemui pada Rabu, (18/1/2023). Saat ditanya meski dengan topangan SDM handal dan alat canggih, Heria pun memastikan sulit rasanya Balikpapan mewujudkan ketahanan pangan mandiri. “Letak geografis kita berbeda dengan daerah lain. Pengairan tidak ada, dan banyak faktor lainnya,” ujarnya. Namun, untuk holtikultura, itu lain soal. Heria menjelaskan, letak geografis Balikpapan membuat tanaman seperti padi yang tidak terdapat lahan tanam terkendala sulitnya pengairan. “Karena membutuhkan lahan basah,” jelasnya. Pihaknya telah mencoba mengakalinya dengan lahan tadah hujan, di Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur. “Tapi hal itu tidak dapat terlalu diandalkan, dikarenakan hujan yang tidak menentu,” papar Heria. Ia juga menekankan, “Untuk pangan di Balikpapan, bahkan belum bisa memenuhi kebutuhan warga yang sekitar 700 ribuan penduduk. Maksimal produksi pangan kita hanya sekitar 25 persen dari total penduduk, jadi kebutuhan pangan masih perlu ditopang dari luar daerah,” jelasnya. Tak hanya itu, harga pangan juga belum mampu menyaingi biaya produksi dari luar yang lebih rendah. Ia menilai rendahnya harga dari luar lantaran upah Sumber Daya Manusia yang lebih rendah dalam bertani, termasuk banyaknya SDM sektor pertanian di luar Balikpapan. "Kita juga belum bisa bersaing dari biaya luar daerah, mereka harga produksinya rendah karena yang bekerja petaninya mau diupah agak rendah. Lah kalo di sini, SDM nya sedikit yang berminat, kemudian biaya pasarannya juga lebih tinggi. Kalau ada yang ingin bertani, itupun biasanya keluarga yang dari Jawa," paparnya. Meski begitu, untuk menopang ketahanan pangan Heria tengah menggencarkan pertanian dalam kota. Yakni dengan mengandalkan pekarangan rumah menanam tanaman sayuran seperti sawi, cabai, dan tanaman hortikultura lainnya. (gpk) Reporter: Muhammad Taufik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: