Perikanan Kaltim Terapkan Konsep Ekonomi Biru
Nomorsatukaltim.com – Sektor perikanan Kaltim menerapkan konsep blue economy atau ekonomi biru. Tujuannya, mempercepat pembangunan sektor kelautan dan perikanan di daerah. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mencanangkan konsep ini untuk menciptakan produk perikanan dan kelautan yang nihil limbah. "Konsep blue economy ini menciptakan produk kelautan dan perikanan nir limbah atau zero waste," papar Gubernur Kaltim Isran Noor dalam keterangan resminya, dikutip pada Rabu (18/1/2023). Isran berpendapat, kegiatan usaha nihil limbah akan semakin memperkuat pengelolaan potensi kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Selain itu, akan lebih produktif dan berwawasan lingkungan. “Sekaligus membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi kesejahteraan masyarakat,” paparnya. Untuk itu, lanjut Isran, dalam upaya percepatan pembangunan kelautan dan perikanan, maka harus mampu memacu peningkatan produksi. Apalagi, permintaan produk kelautan saat ini cukup besar untuk konsumsi dalam negeri atau kebutuhan pasar internasional. "Terutama nantinya untuk kebutuhan IKN di Kaltim," ujar Isran. Ia mengakui komoditi perikanan yang bernilai ekonomi tinggi harus dikembangkan di daerah. Semisal sektor budi daya berupa udang windu, kerapu, rumput laut, nila, mas, lele, patin, dan bandeng. Sedangkan perikanan tangkap diarahkan pada komoditi yang menjadi permintaan pasar, antara lain, kakap, kepiting, bawal putih, dan udang. "Potensi kelautan dan perikanan kita sangat besar. Bila dikelola baik dan profesional maka akan berkesinambungan hasilnya," ujarnya. Isran menerangkan, ekonomi biru untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pelbagai kegiatan yang inovatif dan kreatif dengan tetap menjamin usaha dan kelestarian lingkungan. Untuk hutan, dinilainya telah berkontribusi besar dalam penurunan emisi. “Kini giliran kelautan dan perikanan yang dilakukan nihil limbah," tegasnya. Serakan Limbah di Perairan Balikpapan Namun di tengah gencarnya penerapan ekonomi biru yang nihil limbah, para nelayan yang melaut di perairan Balikpapan justru menemukan pelbagai limbah. Di antaranya, sampah plastik, ban mobil besar, kaleng cat, sampai batu bara. Nelayan Manggar Baru, Dewan, kerap mengeluhkan imbas terseraknya limbah perusahaan. Limbah itu dinilainya mempengaruhi hasil tangkapannya. “Biasanya mendapat ikan sekitar 60-80 kilogram tangkapan per hari, sekarang sering turun jadi 20-30 kilogram per harinya,” bebernya, Sabtu. Dewan mengungkap, saat melaut bukan ikan yang diperoleh, tapi justru pelbagai macam limbah buangan yang dinilainya dari kapal perusahaan besar. “Sudah lama saya kalau melaut yang nyangkut di jaring bukan hanya ikan pak, tapi limbah. Mungkin dari perusahaan pak, bekas kaleng oli, ban besar, pernah waktu itu batu bara terbawa di dalam jaring Pak,” ungkapnya. Sekretaris Gabungan Nelayan Balikpapan, Fadlan, berharap kepada perusahaan besar agar tidak hanya lalu lalang di perairan teluk kota Minyak. Tetapi juga dapat mengedukasi dan melakukan sosialisasi kepada nelayan agar tidak terjadi konflik. “Bukannya kita benci dengan keberadaan mereka, tapi mau sampai kapan limbah dibiarkan berserakan di wilayah tangkapan nelayan,” tegas Fadlan. (rap/Ant) Reporter: Muhammad Taufik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: