Mengajar Itu Tak Mudah

Mengajar Itu Tak Mudah

MEMBAYANGKAN menjadi guru taman kanak-kanak (TK) tampaknya mudah. Mengajarkan pengetahuan dasar, menjaga, mengarahkan serta bermain dengan para muridnya. Faktanya, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal itu dialami oleh tenaga pengajar TK Negeri Sambaliung, Lisa. Wanita yang memiliki nama lengkap Lisa Farwati merasa kesal profesinya kerap diremehkan dan dipandang sebelah mata. Ia kerap dilontarkan pertanyaan, seputar pekerjaan yang dilakoninya saat ini. Kerja Apa? Di mana? Dirinya pun menjawab kerja di TK. Namun, tanggapan soal profesinya tidak seperti yang diharapkan. “Oh gampang kerjanya. Paling Cuma ngajari anak-anak bernyanyi. Pulangnya cepat. Gak ada beban. Ilmunya gak perlu tinggi-tinggi,” ungkapnya. Mendengar tanggapan itu, membuat wanita kelahiran 19 Mei 1999 ini, naik pitam.”Duh, pengin rasanya bilang tukaran profesi, sehari saja. Biar bisa saling menghargai pekerjaan orang lain,” kesalnya. Lisa menyikapi dengan kepala dingin. Menurutnya, setiap pekerjaan memiliki tantangan sesuai pekerjaan yang dilakoni. Seperti halnya guru TK. Kasat mata tampak banyak bermain, tapi ada faktor-faktor tertentu membuat perjuangan guru TK sama seperti guru-guru lainnya. Menjadi guru banyak tanggung jawabnya, sebelum ke sekolah harus menyiapkan materi pembelajaran dan mengatur kelas. Berdiri di depan pagar untuk menyambut kedatangan anak dengan senyum. Meskipun akan ada hari di mana ada masalah pribadi, tapi harus tetap profesional kerja. Mendengarkan cerita anak dan harus direspons, agar murid tidak merasa diabaikan. Harus sabar menemani keaktifan anak-anak. “Karena, belum banyak tenaga pengajar seumuranku. Sehingga, mereka hanya menengok dari satu sudut pandang saja. Tapi tanggapan mereka menjadi motivasi untuk kedepannya,” tuturnya. Lisa juga menceritakan awal dirinya bekerja di TK Negeri Sambaliung tahun 2017 hingga saat ini. Awalnya dirinya masuk dengan SK Tenaga Pendidikan (Tata Usaha). Seiring berjalannya waktu, dirinya diberikan kesempatan kepala sekolah (Kapsek), untuk menjadi bagian di kelas. Tugas yang diembannya cukup berat. Dirinya masih fresh graduate dari SMK Negeri 1 Tanjung Redeb, belum ada pengalaman tentang mengajar, apalagi yang diajar masih "golden age". Di mana, anak usia belia harus benar-benar mendapat fondasi kuat untuk berkembang dan membentuk karakter. Kata menyerah, juga menghantui wanita yang kini menempuh pendidikan di salah satu universitas di Tanjung Redeb. Bahkan, dirinya sempat berpikir untuk berhenti. Tapi, niat menyerah terpatahkan ketika melihat puluhan senyuman anak-anak didiknya. Sehingga Lisa beranggapan, tugas yang diberikan sebagai ibadah dan harus mampu dilaksanakan. Karena pekerjaan ini adalah pekerjaan mulia. “Kalau belum dicoba tidak akan bisa, kesempatan tidak datang dua kali. Lagi pula saya berpikir, ini akan menjadi bekal dan pengalaman kedepannya,” imbuhnya. Di kelas, diceritakannya, selain pembelajaran anak-anak juga dinilai catatan anekdot (penilaian sikap)-nya. Harus mampu menilai dua pelajaran dalam satu waktu. Perlu konsentrasi dan berfokus puluhan anak tiap harinya. Seperti halnya pelajaran mengambar, tidak hanya memberikan buku warna dan menulis, terus lepas tanggung jawab begitu saja. Guru juga harus mengawasi anak secara bergantian, agar anak-anak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu sebelum moving ke tugas selanjutnya. Belum lagi kejadian di luar dugaan, saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Anak-anak menangis, berkelahi, rebutan, sakit dan lain-lain. Sehingga perlu pengawasan ekstra. “Sampai waktu istirahat. Tetap menjaga anak yang berlarian, panjat sana sini, lempar-lemparan, dan mengantisipasi jangan sampai berkelahi dan terjatuh saat lari,” ungkapnya. Begitu pula saat makan bersama di aula TK, guru tetap mengawasi dan mengatur 102 anak agar duduk tenang di tempat, sampai aktivitas selesai. Pengawasan dilakukan sampai jam pulang, dewan guru tetap standby hingga anak didik dijemput orangtua. Untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.“Selesai anak didik, kami harus merapikan media pembelajaran yg digunakan dan menyiapkan pembelajaran untk besok juga,” sebutnya. Selain menjadi tenaga pengajar, kesibukan Lisa sehari-harinya mengajar dan menggarap tarian di sejumlah sekolah. Bahkan, dirinya sering diminta tampil dibeberapa event yang dilaksanakan di Kabupaten Berau.(*/jun/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: