Pembudidaya Keramba Butuh Solusi

Pembudidaya Keramba Butuh Solusi

Pembudidaya ikan keramba sempat memindahkan ikan ke kolam sementara, sayangnya hal itu berdampak buruk. Dan dikembalikan ke keramba. (FERY SETIAWAN) DAMPAK perubahan kondisi air Sungai Segah, merugikan pembudidaya keramba tahun 2015. Namun, kompensasi yang diterima para pemilik keramba dinilai tidak sebanding dengan kerugian yang didapatkan. Para pembudidaya ikan keramba, saat ini diambang keresahan. Kondisi air yang tak kunjung membaik membuat para pemilik keramba memutar otak untuk mengevakuasi ikan miliknya. Seperti yang dilakukan Iwan (36) kemarin. Iwan terpaksa harus mengangkut sebagian besar ikannya untuk dipindahkan ke kolam semen miliknya. Disayangkan, pemindahan ikan tersebut tidak berlangsung lama, Selasa (12/11), tepatnya pukul 14.30, dirinya terpaksa mengembalikan seluruh ikan yang telah dievakuasinya ke keramba miliknya. Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan, Iwan menuturkan dari hasil evakuasi tersebut, dirinya harus merelakan 30 Kilogram (Kg) ikan miliknya mati. Kematian ikan-ikan tersebut diduga dampak dari kurangnya oksigen di kolam semen miliknya. “Tadi malam sekira 20 Kg mati, dan tadi pagi kurang lebih 10 Kg,”katanya kepada Disway Berau. Menurutnya, perubahan air sungai sangat jelas jelas terlihat. Dijelaskannya, ikan-ikan miliknya terlihat melompat hingga ke permukaan air untuk mengambil oksigen. Hal tersebut di perkirakan akibat kadar oksigen pada air Sungai Segah mulai menurun. “Saat ini kita coba pasang alat oksigen bantuan. Jika ikan di keramba masih mati, maka saya tidak tahu lagi apa yang akan saya lakukan,”ucapnya. Dijelaskannya, saat ini dirinya dan seluruh petani keramba yang ada di kawasan Sungai Segah, belum mendapatkan kejelasan terkait perubahan air yang terjadi sejak beberapa hari terakhir. Lanjutnya, pada 2015 lalu, dirinya harus menerima kerugian sebesar 45 juta rupiah. Dari kerugian tersebut, dirinya hanya mendapatkan kompensasi yang tidak sesuai dengan kerugian yang didapatkan. “Kami hanya mendapatkan 6 juta rupiah dari total kerugian 45 juta,”tegasnya. Disebutkannya, kompensasi tersebut didapatkan setelah ketua kelompok tani melakukan hearing dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Berau. “Kami tidak mengetahui sumber dana tersebut, yang kami tahu kompensasi itu tidak sesuai dengan kerugian kami,”ucapnya. Dikatakannya, total ikan yang ada di keramba miliknya sekira 6 pikul atau 600 Kg. Dari total tersebut dirinya hanya memiliki dua jenis ikan konsumsi. Yakni, ikan Nila dan Mas. “Kami hanya memelihara dua jenis ikan yang minat konsumsinya besar,”ujarnya. Iwan juga mengaku kecewa dengan hasil pemaparan dari ahli yang didatangkan dari luar kota. Menurutnya, ahli tersebut kurang memahami apa yang terjadi di Bumi Batiwakkal. Disebutkannya, presentasi dari ahli tersebut menyatakan bahwa air sungai berubah akibat dan dampak dari fenomena alam. “Penjelasan macam apa itu ?,”tanyanya. Iwan juga telah melakukan pengecekan lokasi hingga ke hulu Sungai Segah. Dalam proses tersebut dirinya menemukan banyak ikan jenis otek dan baung yang mati akibat perubahan air. “Otek dan Baung itu adalah ikan yang kuat, kalau memang ikan sekuat itu bisa mati apa lagi ikan mas kami,”ujarnya. Dalam perjalanannya ke hulu Sungai Segah dirinya mendapatkan pengakuan dari masyarakat sekitar mulai merasakan gatal akibat mandi menggunakan air sungai yang tercemar ini. “Banyak yang sudah merasakan gatal, kalau tidak percaya silakan cek sendiri,”tantangnya. Selain itu, Iwan telah mendapatkan informasi terkait lubang pembuangan limbah perusahaan sawit yang ada di Segah. Disebutkan oleh masyarakat, terdapat tiga lubang penampungan limbah yang jika terguyur hujan, kolam tersebut mengalami peluapan hingga masuk ke aliran sungai-sungai kecil. “Itu informasi yang saya dapatkan di sana,” tegasnya. Iwan juga berharap kepada pemerintah untuk bisa memberikan kejelasan terkait fenomena yang terjadi saat ini. Menurutnya, pemerintah harus cepat mengambil tindakan jika kelak fenomena ini berasal dari limbah perusahaan. “Ini sungguh meresahkan bagi kami,”pungkasnya.(*/fst/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: