AGM Jadi Tersangka, Bani Mas’ud Kini Terancam

AGM Jadi Tersangka, Bani Mas’ud Kini Terancam

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Dinasti Mas’ud kini terancam. Ditetapkannya Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Abdul Gafur Mas'ud (AGM) sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), diprediksi bakal membuat peta politik di Kaltim berubah. Selama berkarir di dunia politik, Bani Mas’ud sendiri mengisi banyak posisi strategis. Mulai dari jabatan kepala daerah, wakil rakyat sampai ketua partai. Seperti Hasanuddin Mas’ud yang menduduki ketua komisi III DPRD Kaltim dan ketua DPD Golkar Kukar, Rudi Mas’ud yang bercokol di DPR RI, Rahmad Mas’ud menjadi Wali Kota Balikpapan dan terakhir Abdul Gafur Mas’ud Bupati PPU. Baca juga: AGM Tersangka Suap, DPC Demokrat Balikpapan Bungkam Pengamat politik Unmul Sonny Sudiar menyebut ini bisa menjadi indikator terancamnya kiprah bani Mas’ud dalam politik. Apalagi AGM kini menjadi kandidat kuat calon ketua DPD Demokrat Kaltim bersaing dengan Irwan Feco. “Iya bisa jadi. Karir politik AGM sudah habis apalagi setelah ditetapkan sebagai tersangka. Tapi kita belum tahu apakah ini akan sampai terdakwa atau tidak,” kata Sonny saat dikonfirmasi nomorsatukaltim.com - Disway News Network (DNN), Jumat (14/1/2022). AGM sendiri merupakan salah satu tokoh muda yang terjun di dunia politik. Ia termasuk salah satu kepala daerah termuda di Kaltim. Hadirnya AGM pada pencalonan calon ketua Demokrat pun sempat menguatkan keinginan para kawula muda untuk maju di kancah politik. Sayang seribu sayang, AGM tersandung kasus suap. Kiprah politisi muda yang melekat pun semakin tercoreng gara-gara kasus ini. Kekhawatiran muncul bahwa kasus ini akan membuat kawula muda semakin apatis berpolitik. Tapi, Sonny menyanggah. Baginya, korupsi bisa terjadi oleh semua kalangan. Entah itu tua atau pun muda. Menurutnya masih ada tokoh-tokoh muda yang berpolitik namun masih memiliki integritas. “Kebetulan saja yang ini tokohnya muda. Jadi kita tidak bisa juga men-generalisasi bahwa kalangan politisi muda yang korupsi, itu akan menyebabkan apolitis di kalangan anak muda lainnya,” sebutnya. Sonny pun membandingkan pendekatan politik AGM dengan Irwan. Keduanya memiliki latar belakang berbeda. AGM seorang pebisnis, sementara Irwan dulunya adalah aktivis. Pebisnis yang masuk dalam politik, kata Sonny, lebih mengedepankan cara transaksional. Cara berpikirnya adalah untung dan rugi. Sementara aktivis justru sebaliknya. Menurutnya aktivis lebih matang dalam bertindak ketimbang pebisnis. Walau pun ada juga politisi dengan latar belakang aktivis yang ikut tersandung kasus korupsi. “Cara berpolitik mereka ini yang berbeda. Kalau aktivis paling tidak dia mengerti bagaimana seharusnya menggunakan anggaran dan sebagainya. Kalau pebisnis cara berpikirnya agak berbeda.” Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman (Unmul) ini menambahkan, masa depan dinasti politik Bani Mas’ud kini sedang terancam. Ambisiusnya keluarga Mas’ud menguasai semua lini kekuasaan semakin memunculkan ketidaksenangan terhadap terhadap lawan-lawan politik mereka. Hal ini pun harus diantisipasi. Ia menyarankan agar Bani Mas’ud mengubah cara-cara berpolitik mereka. Sebab, kontestasi pemilu tinggal dua tahun lagi. Media ini pun mencoba mengonfirmasi Sekretaris DPD Demokrat Kaltim Edi Rusani terkait pencalonan AGM, namun yang bersangkutan enggan berkomentar. “Nanti tunggu ada rilis dari DPP,” katanya singkat melalui pesan WhatsApp. (boy/zul) Editor: Muhammad Zulfikar Akbar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: