Kutim Komitmen Sawit Berkelanjutan

Kutim Komitmen Sawit Berkelanjutan

Kutim, nomorsatukaltim.com – Kutai Timur (Kutim) berkomitmen membangun perkebunan sawit berkelanjutan. Hal ini menyambut terbukanya kembali pasar Uni Eropa untuk membeli crude palm oil (CPO) dari Indonesia. Penerapan standar nasional melalui Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) akan berlaku pada petani sawit mandiri ataupun plasma. Agar daya saing hasil panen dapat setara dengan milik perusahaan. Kutim sendiri sudah memastikan mengikuti standar tersebut dan dideklarasikan pada 11 Oktober lalu. Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman mengatakan, melalui deklarasi tersebut maka Kutim masuk dalam ISPO. Maka daerah wajib untuk mendukung adanya sawit yang berkelanjutan. Termasuk untuk mengelola penggunaan lahan kebun. Baca juga: Pernah Terima Upah Rp 1.500, Kini Punya 20 Hektare Kebun Sawit “Sudah ada kepastian Kutim menjalankan ISPO dan siap menerapkannya,” ucap Ardiansyah kepada nomorsatukaltim.com - Disway News Network (DNN). Lahan kebun sawit di Kutim paling banyak terdapat di Kecamatan Muara Wahau dan Kongbeng. Baik itu lahan yang dikelola perusahaan maupun lahan milik petani mandiri. Sehingga daerah tersebut akan jadi percontohan dalam penerapan ISPO tersebut. “Karena Kutim sudah masuk ke dalam daerah yang mendukung lahan berkelanjutan,” tuturnya. Ia menjelaskan, dorongan kuat daerah untuk menerapkan ISPO karena kebun berkelanjutan jadi perhatian utama. Mengingat sektor kelapa sawit kini jadi sumber devisa yang besar. Bahkan sudah menyalip sektor pertambangan dan minyak. “Sementara di Kutim sendiri, sejak awal terbentuk memang mengunggulkan kelapa sawit,” bebernya. Sehingga perlu ada langkah strategis untuk memastikan eksistensi kelapa sawit dapat terus berlanjut. Apalagi negara juga membutuhkan daerah yang memiliki perkebunan sawit luas. “Sawit ini akan jadi barometer pertumbuhan ekonomi daerah. Maka harus dipastikan dapat terus berjalan,” papar Ardiansyah. Selain itu, bergabung dengan ISPO bakal mengurangi dampak ekologis perkebunan. Sebab perkembangan perkebunan yang masif akan memakai lahan yang luas pula. Bukan tak mungkin bakal condong ke sisi negatif pula. “Oleh karena itu ISPO akan mengatur persoalan seperti ini. Hingga terintegrasi dengan kondisi lingkungan,” sebutnya. Pada sisi lain, Kutim juga dipastikan bakal tetap komitmen pada penggunaan lahan. Sejauh ini Ardiansyah menyebut, kawasan hutan di Kutim masih meliputi 60 persen dari total wilayah. Sehingga pemakaian lahan untuk perkebunan kelapa sawit masih terbilang aman. “Dari sisi perizinan juga mengharuskan perusahaan sawit menyiapkan hutan konservasi di dalam areal izin mereka,” tegasnya. Maka bergabung dengan ISPO adalah langkah pro aktif untuk memperbaiki pengelolaan lahan. Tujuannya untuk memastikan lahan dari kebun yang ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. “Dengan begitu sektor sawit akan jadi barometer pertumbuhan ekonomi daerah,” tandasnya. (bct/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: