Usia Tenggarong Sudah 239 Tahun, Tapi Masih Banyak PR

Usia Tenggarong Sudah 239 Tahun, Tapi Masih Banyak PR

Kukar, nomorsatukaltim.com- Tenggarong memasuki usianya yang ke-239 tahun. Usia cukup matang dengan segala problematikanya. Cukup banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Semua hal dan aspek yang saat ini harus terus dikejar.

Seperti yang disampaikan oleh Wakil Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Rendi Solihin. Pasca menyampaikan pidato kepala daerah di sidang paripurna DPRD Kukar, Selasa (28/9/2021) pagi. Pemimpin muda yang masih berusia 32 tahun ini pun, menyebut Kukar secara umum dan Tenggarong secara ruang lingkup kecilnya, dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi pendatang. Juga sebagai upaya menjadikan daerah berjuluk Kota Raja ini menjadi destinasi wisata. Menjadi tuan rumah yang baik. Tentu perlu usaha lebih. Seperti bagaimana mengubah Tenggarong, sebagai ibu kota kabupaten bisa menjadi wajah Kukar, face of Kukar. Perlu merombak Kukar. Seperti dengan segera menyulap kawasan eks Pasar Tangga Arung yang semula pasar tradisional, menjadi kawasan pasar semi modern. Belum lagi pembangunan ulang eks patung naga, yang berada tepat didepan Jembatan Kartanegara. Dianggap menjadi pintu masuk ke Tenggarong. Juga menata ruang terbuka hijau, dan membuka ruang untuk publik. Sepanjang jalur tepian mahakam di Kelurahan Timbau. Sedari eks perumahan Tanjung yang berada di Jalan Diponegoro, hingga PAL 5 Jalan Wolter Monginsidi. Bakal ditata, diratakan, sebagian diaspal dan sebagian lagi dipaving blok. "Kita buat ikon menarik, menjadi wajah Tenggarong, sudah masuk perencanaan, dianggaran perubahan (APBD-P) ini," ungkap Rendi Solihin pada Disway Kaltim, Selasa (28/9/2021). Tidak hanya itu saja, problem banjir pun jadi masalah baru yang ada di Kukar. Terlihat beberapa tahun terakhir, beberapa titik banjir baru mulai timbul. Dimana sebelumnya titik-titik tersebut dianggap dan bebas dari banjir. Bahkan diakuinya Pemkab Kukar sendiri sudah mulai melakukan mitigasi hingga mencari sebab musabab timbulnya banjir. Meskipun ia tidak memungkiri, aktivitas pertambangan yang menjadi pemasukan utama Kukar menjadi biang keladinya. Resapan air kurang, kurangnya reklamasi yang dilakukan perusahan turut menjadi andil. Itu baru yang berasal dari tambang resmi secara administrasinya. Disamping memang terjadi pendangkalan dan penyempitan anak-anak sungai Mahakam. Sehingga memang diperlukan adanya normalisasi sungai. Area pembuangan air pasca hujan yang akan dikaji dan direnovasi ulang. "Sehingga itu jadi PR kita (Pemkab Kukar)," tutup Rendi. Sementara itu, Ketua DPRD Kukar, Abdul Rasid, pun senada dengan kompatriotnya di Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut. Dimana banyak permasalahan yang harus segera dituntaskan oleh Pemkab Kukar, dalam momentum pertambahan usia Tenggarong ini. Terutama pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kukar dan Tenggarong secara khusus. Terlebih sebentar lagi lokasi Ibu Kota Negara (IKN) baru akan pindah ke Kukar. Perlu peningkatan SDM, jangan sampai tertinggal jauh. Intinya jangan jadi penonton, tapi jadi pemeran utamanya. “Apalagi menjelang IKN ini, kita harus gerak cepat membangun SDM dan daerah kita, biar siap menghadapi IKN itu sendiri," timpal Rasid. Selain itu, juga menjaga identitas budaya asli Tenggarong dan Kukar secara umum. Sehingga ketika IKN pindah beserta SDM dari luar. Tidak menghapus budaya asli milik Tenggarong dan Kukar. Tetap lestari dan terjaga keasliannya, tanpa harus tergerus dengan budaya luar yang masuk ke Tenggarong dan Kukar. (MRF/FDL)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: