Kaltim Harus Cetak Geolog Lokal, IKN Baru Jadi Momentum Tepat

Kaltim Harus Cetak Geolog Lokal, IKN Baru Jadi Momentum Tepat

Memerlukan perencanaan wilayah yang baik, dengan memperhatikan informasi kegeologian yang rinci sehingga optimasi perencanaan atau penataan kawasan dapat dilakukan dengan memperhatikan sebaran keberadaan potensi sumberdaya bahan galian maupun potensi kebencanaan yang ada untuk mengoptimalkan kemajuan kawasan namun juga memerhatikan aspek lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.

Kaltim membutuhkan lebih banyak geolog lokal. Keterlambatan itu dapat dilihat dengan baru tersedianya Program Studi Teknik Geologi di perguruan tinggi di Bumi Etam, dalam 7 tahun terakhir. Yakni di Universitas Mulawarman sejak tahun 2014. Disusul Sekolah Tinggi Teknologi Migas Balikpapan pada tahun 2018 dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur sejak tahun 2021. Sementara, usia Pemprov Kaltim sudah mencapai 64 tahun.

Pun penambangan sudah ada sejak abad 19, meliputi pertambangan batu bara sejak pertengahan abad ke-19 di Palaran, Samarinda dan berkembang di Loa Kulu (Kutai Kartanegara) dan Parapattan (Berau) serta pertambangan minyak bumi sejak akhir abad 19 yang dimulai di Sanga-Sanga (Kutai Kartanegara) dan berlanjut di Balikpapan.

Wacana pemindahan IKN ke Kalimantan Timur menurut Fajar adalah momentum yang tepat. Untuk kembali menilik, seberapa banyak geolog lokal yang dipunya daerah ini? Seberapa siap mereka bersaing dengan geolog luar Kalimantan? Bukan kah sejak awal Kaltim bertekad untuk tidak jadi penonton di rumah sendiri?

Mengapa Harus Lokal?

DALAM konteks pembangunan nasional, atas dasar kebhinekaan. Memang tak ada keharusan pembangunan suatu daerah dijalankan oleh ahli-ahli dari daerah itu sendiri. Semua warga negara punya hak yang sama untuk segala partisipasi itu.

Namun setiap daerah tetap dirasa perlu memiliki tenaga ahli di semua bidang dari penduduk aslinya. Selain menjadi indikator kemajuan suatu daerah, keberadaan ahli lokal akan lebih bagus untuk pembangunan daerah.

Baik ahli geologi atau pun ahli bidang lainnya, menurut Fajar Alam yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Geologi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) ini. Ada dua keuntungan memiliki ahli lokal.

“Pertama, mereka punya kecintaan terhadap daerah sendiri. Sehingga ketika dilibatkan dalam pembangunan, mereka akan sungguh-sungguh.”

“Kedua, mereka punya wawasan yang lebih luas terhadap daerah sendiri. Dibandingkan yang berasal dari luar daerah. Karena sudah lama tinggal di Kaltim. Jadi tahu apa yang dulu terjadi, seperti apa perkembangannya, dan harus berbuat apa,” kata Fajar.

Memang tidak ada salahnya sama sekali jika pemerintah daerah di Kaltim menggunakan tenaga ahli dari luar. Sama sekali tidak salah. Namun atas keunggulan ahli lokal seperti disebutkan. Mengapa tidak mencetak ketimbang mendatangkan? Demikian pemikiran sederhana itu terlatarbelakangi.

Pada akhirnya bukan hanya pemerintah yang harus melek terhadap peluang kerja dan penempatan geolog di dunia kerja. Namun juga masyarakat luas. Agar tidak lagi memandang geolog hanya bisa bekerja di kegiatan ekstraktif saja.

Terlebih dalam konteks persiapan Kaltim menjadi IKN. Semangat ‘tidak boleh jadi penonton di rumah sendiri’ itu. Mestinya tidak berakhir dalam jargon semata. Namun diimplementasikan. Dalam wujud mencetak lebih banyak ahli di semua bidang. Itu sebenar-benarnya sikap siap bersaing. AVA2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: