Kutim Butuh Penangkaran Buaya
Buaya di Kutai Timur (Kutim) terkenal keganasannya. Bahkan dalam kurun tiga bulan ini saja sudah tiga bocah disambar reptil predator tersebut. Usulan membuat penangkaran buaya sudah semestinya jadi prioritas bagi Pemkab Kutim.
nomorsatukaltim.com - Sebenarnya usulan membuat penangkaran buaya sering muncul dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan. Bahkan rencana pembuatan sudah berulang kali disuarakan sejak 2015 silam. Namun hingga kini hal tersebut tak juga terwujud. Pada tahun ini, usulan tersebut pertama kali disuarakan oleh Masdari Kidang di Musrenbang Kecamatan Bengalon. Anggota DPRD dari Partai Berkarya itu menilai, makin banyaknya populasi manusia, tentu akan mengganggu habitat buaya. Sehingga membuat kejadian orang dimakan buaya makin besar potensinya. “Maka saya menyarankan agar dibuat penangkaran buaya,” ucapnya kepada nomorsatukaltim-Disway News Network (DNN). Selain tetap bisa menjaga buaya dari kepunahan, tentu penangkaran dapat jadi objek wisata. Dengan begitu, bertambah pula sumber pendapatan asli daerah (PAD) Kutim. Melihat manfaat yang besar, ia menilai hal tersebut menjadi penting. “Perlu jadi perhatian. Agar kejadian serangan buaya terhadap manusia tak lagi terulang,” sebutnya. Kemunculan rencana penangkaran itu muncul sejak 2015 lalu. Yang mencuat pun selalu soal kesiapan Pemkab Kutim membangun penangkaran buaya ini. Namun hingga kini rencana tersebut urung terealisasi. Kecamatan Sangatta Selatan, juga membuat usulan membangun penangkaran buaya. Hal ini diusulkan untuk melengkapi rencana pengembangan pariwisata di Sangatta Selatan. Usulan membangun penangkaran buaya di Kutim sebenarnya wajib hukumnya. Sebab, reptil tersebut semakin terdesak dengan lajunya perkembangan penduduk. Cukup sering kejadian buaya muncul di pemukiman. Masuk hingga kolong rumah atau kolam milik warga. Tentu hal ini berbahaya bagi manusia dan ancaman bagi Buaya tersebut. Karena akan sering diburu. Buaya juga sudah memakan banyak korban. Tahun ini saja tiga orang bocah dimangsa buaya. Hewan predator tersebut pertama kali memangsa bocah di Desa Sepaso Timur. Ardiansyah (8) diterkam saat baru saja terjun dari atas jembatan Sungai Sepaso untuk berenang bersama rekan-rekannya Januari lalu. Kemudian pada Maret lalu, Dimas Saputra (8) juga disambar buaya. Bocah dari Desa Sepaso Selatan ini disergap saat mandi pagi di pinggir sungai. Bahkan saat itu sang ayah juga mengawasi aktivitas sang anak. Kedua bocah ini merupakan warga Kecamatan Bengalon. Terbaru adalah Anugerah (8) yang diseret buaya saat bermain di tepi Pantai Teluk Lombok, Sangatta Selatan. Walaupun tubuhnya tak dilahap, namun nyawanya sudah tak bisa diselamatkan akibat terkaman buaya. Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman pun setuju jika buaya di Kutim harus dijaga habitatnya. Maka penangkaran harus disiapkan. Hanya saja usulan ini dirinya akan melihat kembali kemampuan keuangan daerah. “Saya setuju buaya tidak dibunuh. Tapi harus dilestarikan, karena termasuk langka. Kami akan siapkan rencana pembuatan penangkaran. Kalau tidak tahun ini tahun depan,” ucapnya. (bct/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: