Bocah 10 Tahun Jadi Yatim Piatu saat Isolasi Mandiri

Bocah 10 Tahun Jadi Yatim Piatu saat Isolasi Mandiri

Wabah Corona di Kabupaten Kutai Barat tak hanya merenggut puluhan jiwa. Pagebluk ikut merenggut masa depan seorang bocah di Kecamatan Tering. Ia kehilangan kedua orang tua saat menjalani isolasi mandiri.

Aldiano Dafa Raharjo nama lengkapnya. Bocah 10 tahun itu asyik memainkan ponsel, saat kami mendatangi kediamannya, Rabu (21/7) kemarin. Semenjak menjalani isolasi mandiri, Siswa kelas 3 SD itu, tidur di ruang tengah. Ia menggelar kasur di depan televisi.

Di dekatnya, terlihat berbagai makanan ringan yang masih terbungkus dalam plastik. Vino, nama panggilannya, tak banyak bicara saat kami mengunjunginya. Sesekali hanya memainkan ponsel, ketika kami berbincang dengan keluarganya.     

Di usia yang membutuhkan kasih sayang dan perlindungan dari orang tuanya, Vino harus menghadapi kenyataan pahit.

Lina Sapitri (32), ibunya, meninggal dunia pada 19 Juli 2021. Esok harinya, Kino Raharjo (31), sang ayah menyusul. Sejak saat itu, praktis, Vino tinggal sendirian. 

Kino Raharjo dan Lina Sapitri merupakan perantau dari Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya, bekerja sebagai penjual salome atau pentol bakso.

Saat ini, keluarga dekat dan para tetangga di Kampung Linggang Purworejo, RT 4, Kecamatan Tering, Kutai Barat, menyiapkan kebutuhan makan siswa SDN 003 Kutai Barat.

Namun bantuan juga tidak bisa diberikan secara maksimal, lantaran Vino diduga terpapar COVID-19 dari orang tuanya. Bocah yatim piatu itu dinyatakan sebagai OTG (orang tanpa gejala) oleh aparat kesehatan setempat. Vino sedang menanti swab test yang kabarnya akan diambil 2 hari lagi.

Menurut saudara angkat ayah Vino, Toni, sejak mengetahui orang tuanya meninggal dunia, Vino menjadi pendiam. Bocah itu tampak bingung dan masih susah di ajak bicara.

“Kemarin, tiba-tiba dia ngomong, ibu sama ayah ngapain ya di langit?” kata Toni. “Ketika ibunya meninggal, kami langsung kasih tahu. Begitu juga saat ayahnya menyusul,” imbuhnya.

Peristiwa tragis ini, menurut Tino bermula sekitar tiga pekan lalu. Kino Raharjo diduga terpapar lebih dulu meski sudah divaksin. “Sekitar dua hari setelah mengikuti vaksin, ia mengaku meriang. Jadi waktu nyemen halaman rumah, badannya meriang,” ucap Toni.

bocah

Kino menduga itu hanya efek vaksin saja, makanya, malam harinya ia lanjut berjualan meski hujan lebat. Belakangan, sakitnya tak kunjung reda.

Kondisi serupa dialami sang istri. Lina yang tengah mengandung anak kedua, tiba-tiba drop. Pada 12 Juli, Lina dilarikan ke rumah sakit Harapan Insan Sendawar. Sehari kemudian, giliran Kino yang masuk rumah sakit.

Dalam pemeriksaan, ternyata pasangan suami istri itu positif COVID-19. Namun kondisi Lina Sapitri terus menurun. Akibatnya, sepekan dalam perawatan ia meninggal dunia.

Lina wafat dalam keadaan hamil 5 bulan. Sehari kemudian, sang suami menyusul.  “Almarhum Kino memang punya riwayat asam lambung, kalau Lina punya asma,” kata Toni. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: