Industri Galangan Kapal Kaltim: Dari Anggana ke Maladewa
Kapal pariwisata made in Anggana akhirnya mulai berlayar. Bukan untuk melayani pesiar lokal, melainkan memenuhi kebutuhan turis asing. Bahtera berukuran kompak itu dikirim ke Republik Maladewa.
Nomorsatukaltim.com - Prosesi pelepasan kapal pengapung ganda pada Jumat (16/7) berlangsung cukup meriah. Hadir dalam acara itu, Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor. Ia turut berlayar sejenak menikmati fasilitas kapal berjenis Small Waterplane Area Twin Hull (SWATH) itu. Kapal pesiar berukuran kecil ini diberi nama lambung SWATH Robin Samarinda. Diproduksi PT Allvina Prima sejak Juli 2019 di galangan kapal milik perusahaan yang terletak di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara. SWATH Robin Samarinda mampu mengangkut 100 penumpang. Kapal ini memiliki panjang 43 meter, dan lebar 14 meter. Angkutan perairan ini didukung mesin berkapasitas 600×2 tenaga kuda, serta 3 unit mesin genset 80 KVA. Menurut sang perancang, kapal ini secara teknis didesain stabil terhadap hambatan gelombang dan dapat melaju hingga kecepatan 15 knots/jam tanpa penumpang. Atau 12 knots/jam jika berpenumpang. Dalam pernyataan saat melepas SWATH Robin Samarinda, Isran Noor mengapresiasi keberhasilan industri galangan kapal daerah. “Ini membuktikan bahwa Kalimantan Timur tidak hanya memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah. Tetapi juga potensi besar dalam industri galangan kapal,” kata Isran Noor. Dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan kemarin, ia juga memuji manajemen PT Allvina Prima yang mampu meyakinkan investor untuk mendanai pembuatan kapal itu. “Atas nama pemerintah dan masyarakat Kaltim, saya ucapkan terima kasih dan selamat kepada manajemen PT Allvina Prima yang berhasil memproduksi Kapal Roro “SWATH Robin”, yang akan segera didelivery ke Maldives,” kata Isran Noor. Bagi orang nomor satu di pemerintahan Kaltim itu, SWATH Robin adalah kebanggaan yang harus ditingkatkan. Ini juga menjadi bukti bahwa bantaran Sungai Mahakam memiliki potensi besar dalam bisnis galangan kapal, bukan hanya untuk tugboat dan ponton, tapi juga jenis kapal pesiar seperti SWATH Robin. “Ini sekaligus tantangan bagi kita. Produk kapal anak-anak Kaltim ini harus kita promosikan lebih kencang lagi agar lebih dikenal dunia. Bahwa Kaltim bisa memproduksi sarana dan prasarana perhubungan seperti ini,” ujar mantan Bupati Kutai Timur. Sebagai informasi, SWATH Robin dikerjakan oleh tidak kurang dari 150 tenaga kerja yang merupakan anak-anak Kaltim. Proyek kapal ini didanai pengusaha Malaysia dengan perkiraan biaya sekitar USD 2 juta atau setara Rp 28 miliar. Sementara harga jual ke pengusaha Maldives sekitar USD 7 juta atau sekira Rp 98 miliar. Isran berharap Dinas Pariwisata Kaltim bisa membuat kapal sejenis dan mengoptimalkannya untuk promosi wisata laut di kawasan kepulauan Derawan dan sekitarnya. Sementara sang perancang SWATH Robin, Ridwan Najjar menjelaskan kapal tersebut didesain 4 lantai. Lantai 1 terdapat 12 ruangan, diantaranya ruang message, ruang pembuat air tawar menjadi air bersih dan ruang elektrik. Di lantai 2 ada restoran, bar dan 4 kamar penumpang. Lantai 3 terdapat kamar penumpang, kamar kapten kapal dan ruang kemudi. Sedangkan lantai 4 disiapkan untuk jacuzzi atau tempat bersantai. Kapal ini merupakan yang pertama dibuat di Asia Tenggara untuk model Small Waterplane Area Twin Hull (SWATH). Keunikan kapal ini dibangun dengan model twin hull, yakni menggunakan dua pengapung berbentuk torpedo (lambung kembar). Kapal juga lebih aman saat berlayar dengan kecepatan tinggi. Kapal ini juga didesain lebih mudah bagi pelancong yang hobi menyelam karena lantai bisa diatur cukup dengan air laut. "Kapal ini menggunakan model twin hull jadi lebih aman, karena kurang menahan air. Di bawah bentuknya seperti torpedo," ungkap pria yang sudah berkeliling dunia sebagai pelaut itu. Ridwan juga mengisahkan, pembuatan kapal pesiar ini awalnya juga diminati pengusaha China, Maldives dan Malaysia. Namun dia terus berjuang agar SWATH Robin bisa dibuat di Kaltim. Dan terwujud kapal dirancang dan dibangun di bantaran Sungai Mahakam, tepatnya Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara. “Semangat saya agar menjadi karya anak bangsa dan juga menjadi kebanggaan bagi Kalimantan Timur,” ungkap Ridwan dilansir dalam keterangan resmi Pemprov Kaltim. SWATH Robin akan singgah di Malaysia untuk melakukan penyempurnaan di bagian atas kapal, sebelum melanjutkan perjalanan ke Maladewa. *PRO/YOSCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: