Permintaan Peti Jenazah Pasien COVID-19 di Balikpapan Meningkat

Permintaan Peti Jenazah Pasien COVID-19 di Balikpapan Meningkat

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Kasus pasien positif COVID-19 berujung kematian belum kunjung reda. Alhasil, kebutuhan peti jenazah pun meningkat.

Data satgas terakhir menunjukkan 647 pasien gugur. Dan dimakamkan dengan prosedur terukur. Selama Juni, setidaknya ada penambahan 31 kasus kematian. Jauh meningkatkan bila dibandingkan Mei yang hanya berjumlah sekitar 10 kasus kematian. Hal ini berpengaruh terhadap penyediaan peti jenazah yang selama ini disuplai dari Yayasan Kasimo. Ketua Yayasan Kasimo Balikpapan Andreanus Pamudji menyebut ada peningkatan kebutuhan peti jenazah. Bahkan beberapa waktu lalu angka tertinggi yang pernah terjadi, yakni 12 permintaan peti dalam satu hari. "Sebenarnya kita sudah santai-santai tadinya, tukang kita suruh pulang tapi ternyata ada peningkatan kasus," ujar Andreanus ditemui di Yayasan Kasimo, Jalan Dua, Balikpapan Utara, Kamis (1/7/2021). Meski demikian ia menyebut pihaknya terus memproduksi peti dan tak pernah kehabisan stok. Dalam sehari, pihaknya mampu memproduksi 15 sampai 20 peting jenazah. "Ya biasa kita stok sampai 50 peti. Tapi kemarin sempat habis semua," tukasnya. Adapun pembuatan peti, kata dia, dilakukan di workshop di Kilometer 15. Di sana ada tiga pekerja yang setiap hari memproduksi peti. Ada yang merangkai bahan baku, ada yang melakukan pengecatan dan yang membantu semua proses pengerjaan peti. Kini, peti yang ada di yayasan Kasimo hampir semuanya adalah peti jenazah untuk pasien yang akan dikremasi. "Peti kremasi ini beda ukuran, disesuaikan dengan lebar pintu oven kremasi," katanya sambil menunjuk peti yang tersimpan di dekat mobil ambulans. Jadi sewaktu-waktu bisa langsung diantarkan ke rumah sakit yang membutuhkan. Selama ini pihaknya tidak hanya melayani pembuatan peti jenazah pasien COVID-19. Pihaknya juga melayani pembuatan peti untuk masyarakat umum yang bentuknya lebih mewah. "Kalau peti luxury sih banyak stoknya. Cuma untuk covid kan berbeda. Bedanya dari segi bahan baku," urainya. Menurutnya pesanan peti jenazah untuk pasien COVID-19 selama ini untuk memenuhi kebutuhan setiap rumah sakit seperti RSUD Beriman, Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) dan Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB). Tiga rumah sakit itu yang selalu memesan peti cadangan sebanyak lima peti. Hal itu untuk mengantisipasi bila ada pasien yang meninggal di waktu-waktu tertentu. Ia menyebut proses pemakaman jenazah COVID-19 dilaksanakan dengan protokol yang serba cepat, sehingga RS juga mesti memperhatikan ketersediaan peti setiap waktu. Selama ini setiap pesanan peti langsung berkoordinasi dengan satgas. Sehingga pihaknya tidak pernah melayani pesanan dari perusahaan swasta. "Kalau karyawan perusahaan yang meninggal (karena covid) juga biasanya koordinasi dengan satgas. Jadi tetap ditangani di tempat oleh satgas," ungkapnya. selain melayani pesanan dalam kota, ia juga menyebut pernah mendapatkan pesanan daerah lain seperti Bontang. "Pernah dari bontang sekali pengambilan saja. Pesan 10 peti pas kehabisan. Tapi sampai saat ini sudah tidak ada lagi," ungkapnya. Adapun bentuk dari peti jenazah dibuat seminimalis mungkin dengan bahan triplek. "Kalau pakai kayu, enggak sanggup. Kita buatkan sesuai anggarannya kemenkes. Kalau pakai kayu, harga kayu sama emas, lebih murah emas," tukasnya. Meski demikian ia menyebut peti produksi di Balikpapan lebih bagus kualitasnya dari peti khusus pasien COVID-19 di Jakarta. Lantaran produksi di Balikpapan tetap menggunakan bahan yang memadai dan dicat serta dilengkapi dengan plastik pembungkus. "Harga satuannya Rp 1,7 juta anggaran dari Kemenkes. Makanya bagaimana supaya peti itu bisa dibuat dan layak. Kalau kita pakai tukang dari Balikpapan biayanya enggak nutup," katanya. Harga Rp 1,7 juta itu ukurannya sekitar 205 sentimeter dan lebarnya 67 sentimeter. Sementara peti untuk anak-anak biasanya berukuran panjang 120 sentimeter dan lebarnya 50 sentimeter. Dijual dengan harga Rp 1,3 juta. Harga itu telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. (ryn/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: