Maratua Masih Krisis Air Bersih

Maratua Masih Krisis Air Bersih

Sebagian wilayah di Pulau Maratua kesulitan air tawar bersih.(ISTIMEWA) Tanjung Redeb, Disway - Menjadi salah satu tujuan wisatawan mancanegara untuk berlibur. Pulau Maratua menyimpan segudang keindahan, namun di balik itu semua, persoalan keterbatasan sumber air tawar hingga kini belum teratasi. Direktur PDAM Tirta Segah Saipul Rahman menyebut, saat ini sebagian besar masyarakat Pulau Maratua, mengandalkan air bersih yang lokasinya jauh dari perkampungan, bahkan saat musim kemarau panjang warga hanya bergantung pada air hujan. “Saat ini hanya ada dua kampung yang memiiliki cadangan sumber air tawar yakni Bohe Bukut dan Payung-Payung. Sementaa dua kampung lain seperti Bohe Silian dan Teluk Alulu sama sekali tidak memiliki,” ucapnya. Kondisi itulah diakui Saipul, menyebabkan sebagian besar masyarakat Pulau Maratua masih bergantung pada air hujan dan juga penyulingan air asin menjadi air tawar melalui alat Sea Water Reverse Osmosis (SWRO). Di sejumlah negara, alat SWRO ini sudah cukup banyak digunakan, akan tetapi khusus di Maratua, keberadaan alat ini belum dirasakan warga secara maksimal. “SWRO di Maratua itu hanya mampu menghasilkan air sebanyak 2,5 liter per detik, sementara kebutuhan sangat banyak. Bukan hanya untuk masyarakat local, namun juga wisatawan yang terus bedatangan,”ujarnya. “Dalam 100 liter air asin yang dilakukan penyulingan hanya 50 persen yang menjadi air tawar, kualitas airpun sangat rendah untuk dikonsumsi,” lanjutnya. Menyikapi hal itu, PDAM Tirta Segah telah melakukan kajian dengan pihak ketiga, guna mencari solusi penyelesaian air bersih bagi masyarakat setempat. Ada tiga kajian yang cukup bisa diterapkan, yang pertama ialah tetap menggunakan penyulingan mengunakan SWRO, kemudian menyediakan kolam tangkapan air hujan atau yang terakhir mengangkut air tawar dari luar pulau menuju Maratua. “Solusi ketiga memang agak tidak masuk akal, karena itu pasti akan banyak mengeluarkan biaya besar, apalagi kami adalah perusahaan daerah yang harus membayar deviden,” ujarnya. Sehingga solusi terbaik yang dapat dilakukan yakni penyediaan kolam tangkapan air dan diimbangi dengan pegoperasian SWRO, agar kebutuhan air bersih tercukupi.(*/zuh/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: