Topi Pet Dody Ismanu
Paser, nomorsatukaltim.com - Bagi warga Tanah Grogot, Kabupaten Paser, tidak sulit mengenali Dody Ismanu. Sekalipun wajahnya selalu tertutup masker. Pemimpin baru di Desa Tapis, sudah identik dengan asesori yang dikenakannya: topi pet.
Ditemui sebelum pelantikannya sebagai Kepala desa (Kades) terpilih periode 2021 – 2027, ia mengaku sudah jatuh hati dengan penutup kepala itu. Semua bermula pada 2018 lalu. Ria, istrinya yang pertama kali mengenalkannya dengan topi pet. Menurut pengakuan kekasihnya itu, Dody terlihat lebih menarik. "Awalnya istri beli di Balikpapan, katanya sangat cocok. Ya terlihat lebih santai, dan sangat pas dengan usia," kata Kades yang akan dilantik bersama 51 kades terpilih lainnya, Kamis (24/6). Dihadiahi topi pet dari wanita yang dipersunting 2004 silam, Dody amat senang. Karena pemberian dan pilihan istrinya tak pernah mengecewakan. Ia langsung memakainya dalam keseharian. Ke sana ke mari, mulai hangout atau pertemuan selalu dipakainya. Pertama kali memakai topi pet, ia tidak canggung. Bahkan rasa percaya dirinya dirasa semakin meningkat. Dody tak menyadari, jika style-nya telah menjadi identitas. Melihat postingan di galeri media sosialnya, fotonya selalu memakai topi pet. Menolak dikatakan pengoleksi. Menurutnya itu masih jauh sekali. Ia lebih senang disebut pencinta topi jenis pet. Mulai 2018 sampai sekarang, setidaknya telah memiliki 9 item topi pet. "Belum kepikiran untuk mengoleksi, sejauh ini sebatas senang saja. Tapi, saya bisa tiba-tiba membeli topi pet. Walaupun saat jalan ke mall tak ada niat sebelumnya," sebut bapak dua anak itu. Merek surfing sangat ia senangi. Harganya bervariatif, mulai Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu. Dody konsisten mengenakannya. Karena sudah begitu melekat, begitu ada kerabat atau temannya berlibur di luar daerah, topi pet kerap ia terima sebagai buah tangan. "Sudah melekat, tak bisa dipisahkan. Masyarakat mengenal saya dengan memakai topi pet, meskipun memakai masker. Itu sangat gampang dikenali," urainya. Sekali saja dan berada di ruang publik tak memakai topi pet, ia merasa ada yang hilang, membuat tidak percaya diri. Dody selalu membawa, minimal menyimpan di dalam jok motor atau mobilnya. Sudah begitu menyukai jenis pet, ia tak tertarik lagi memakai topi tipe lain. Ia masih mendambakan, banyaknya jumlah topi nya bakal selalu bertambah. Bahkan, meski telah menjabat Kades Tapis, identitas itu dipastikan tidak bakal hilang. "Rencana mau ada topi pet, kemudian saya bordir dengan logo pemkab (menyerupai desain topi Kades). Pokoknya ciri khas ini tidak bakal saya hilangkan," terangnya.Dirikan Yayasan Paser Peduli Sesama
Tak hanya senang memakai topi pet. Dody bersama Ria juga memiliki jiwa rasa peduli sangat tinggai. Pria kelahiran Jember 1981 lampau itu, kini sebagai Ketua Yayasan Paser Peduli Sesama (YPPS). Didirikan pada Agustus 2017 lalu, telah berbagai aksi sosial dilaksanakan. Salah satunya penggalangan dana untuk korban bencana hingga donasi kemanusiaan yang diperuntukkan bagi masyarakat Palestina. Serta program rutin, Jumat Berkah. Bakal berdirinya YPPS, tak pernah terpikirkan oleh Dody Ismanu. Memang ia dan istri senang membantu sesama, murni dari hati tanpa. Saat itu dimulai dengan orang-orang terdekat mereka. YPPS merupakan penyempurnaan dari Komunitas Paser Peduli Sesama, terbentuk 2013 lalu. Semua mengalir begitu saja. Ia mengenang saat 2013 silam, seorang teman kerja Dody tengah sakit, dan membutuhkan uang untuk pengobatan. "Mau pinjam uang, saya bilang tidak ada. Saat itu mau kemoterapi. Jadi kami keliling kantor atas izin bos (atasan) mencari bantuan. Termasuk juga melalui media sosial," jelas Dody. Mendirikan yayasan kemanusiaan tidaklah mudah. Karena harus membuat dan menjaga kepercayaan masyarakat. Apalagi terkait dengan uang. Dody mengaku, semuanya harus transparan. "Alhamdulillah sejauh ini tak ada kendala. Karena kami menjaga bagaimana donatur atau masyarakat percaya. Ya, bantuan kami selalu transparan. Selalu menginformasikan, baik melalui laman grup Facebook," ungkap Dody Ismanu. Jauh sebelum mendapat kepercayaan dari masyarakat luas, lebih dulu harus mendapatkan dukungan dari orangtua dan istri. Karena menjadi relawan tak mudah, karena tak menerima gaji. Saat ini, YPPS memiliki 7 struktur pengurus dengan 15 orang relawan. "Waktu untuk keluarga terbuang. Tapi karena kebersamaan jiwa kami dan niatnya ibadah. Alhamdulillah berjalan sampai sekarang," akunya. Tak hanya fokus pada penggalangan dana. YPPS juga menyediakan tempat singgah yang diberi nama "Rumah Singgah Pasien". Telah ada sekira akhir 2017. Lokasinya di Jalan DR Cipto Mangunkusumo, seberang PMI Paser, Kecamatan Tanah Grogot. Rumah singgah pasien itu mampu menampung 8 orang pasien rujukan. Serta masing-masing 1 pasien, maksimal ditemani 3 orang kerabatnya. "Saat itu ada pasien mau kemoterapi, tidak mungkin saya inapkan di rumah. Jadi pinjam ruangan rumah bersalin Dinas Kesehatan di Desa Tapis. Kami isi voucher listrik dan kelengkapan lain yang diperlukan sehari-hari," kenangnya. Kini rumah singgah itu cukup diketahui keberadaannya oleh masyarakat. Terkadang pihak rumah sakit di Paser kerap mengarahkan pasien atau kerabat untuk menginap sementara di rumah singgah pasien. Saat ini YPPS memiliki 40-an donatur tetap. Selain bantuan atau donasi untuk korban bencana dan kegiatan lainnya, sebagian lain disisikan untuk pasien rumah singgah. * Pewarta: Achmad Syamsir AwalCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: