Jembatan Anggana Terhambat Persoalan Teknis

Jembatan Anggana Terhambat Persoalan Teknis

Kukar, nomorsatukaltim.com - Tuntutan beberapa kepala desa yang berada di Kecamatan Anggana ke DPRD Kutai Kartanegara (Kukar) pekan lalu, terkait belum terealisasinya Jembatan Anggana, akhirnya direspons Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar.

Melalui Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Kukar, Sunggono, hal tersebut lantaran terkendala permasalahan teknis dan administrasi. Yakni terkait masalah proses lelang dan sebagainya. Namun ia memastikan jembatan yang juga memperpendek jarak antara Kecamatan Anggana dan Kecamatan Muara Badak itu dipastikan akan terbangun. "Terkendala teknis saja sebenarnya, proses penganggaran sudah kita siapkan. Kita berprogres untuk mengupayakan segera dilakukan lelang dan dikerjakan," ujar Sunggono melalui sambungan telepon, Senin (31/5/2021). Memang permasalahan terkait proses lelang terkendala adanya perubahan sistem yang diterapkan oleh pemerintah kabupaten. Yakni Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) yang baru diterapkan pada awal tahun lalu. Sehingga secara tidak langsung, proses pembangunan jembatan yang dianggarkan senilai Rp 15 miliar tersebut tertunda. Hingga jelang tutup semester pertama tahun 2021 ini. "Secara langsung bukan karena SIPD, hanya secara tidak langsung saja," lanjut Sunggono. Terkait tuntutan masyarakat yang menginginkan setidaknya awal Juli sudah ada proses pembangunan. Atau konsekuensi akan "menggeruduk" pemkab dengan menurunkan masyarakat Anggana. Sunggono pun mengharapkan masyarakat menahan diri dan tidak melakukan hal tersebut. Karena ini terkendala teknis yang dirasakan hampir seluruh pemerintahan daerah di Indonesia. Namun memastikan kendala ini akan segera teratasi dengan baik. "Mudahan ini segera diatasi," tutup Sunggono. Diketahui, masyarakat memang sempat kehabisan kesabaran. Lantaran akses jembatan Anggana dirasa sangat penting dan vital disana. Terlebih sejak Februari lalu, jembatan milik Pertamina yang kerap digunakan masyarakat ditutup dan tidak beroperasi lagi. Praktis masyarakat Anggana dan sekitarnya harus memanfaatkan kapal feri penyeberangan dengan biaya Rp 5-10 ribu. Itupun hanya untuk roda dua. Sedangkan untuk roda empat terpaksa menggunakan jalan alternatif yang jaraknya sangat jauh, karena harus memutar. Selain itu, jembatan tersebut mampu menghubungkan beberapa desa. Di antaranya Desa Anggana, Desa Sidomulyo, Desa Handil terusan, Desa Kutai Lama dan Desa Sungai Meriam. Dan apabila jembatan ini terbangun, tentu dampak besar akan dirasakan. Selain sebagai infrastruktur penghubung ekonomi, juga menunjang wisata religi yang memang terkenal di Kecamatan Anggana. (mrf/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: