Istri-istri Penunjang Ekonomi Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19

Istri-istri Penunjang Ekonomi Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19

Pandemi membuat ekonomi masyarakat turun drastis. Mulai terdampak pengurangan pegawai hingga gajian yang tak pasti. Namun hal tersebut bukan alasan untuk tak bangkit. Terutama bagi para istri untuk turut menyokong ekonomi keluarga.

nomorsatukaltim.com- Nini Katrina Septaviany sudah lihai meracik bahan puding dan jelly. Ada beraneka macam puding yang diracik mulai dari puding yang sederhana, ada pula puding hias  kekinian. Ada puding cendol, salah satu puding buatannya yang best seller. Berasa manis dan segar, berbahan dasar cendol yang dijadikan puding dan diguyur dengan fla gula merah, menjadikan pelanggannya selalu kembali memesan. "Awalnya karena hobi dan iseng ada teman yang ulang tahun, jadinya saya buatkan puding hias lengkap dengan ucapan layaknya kue tart tapi dari puding," jelas Nini saat ditemui di sela-sela membuat puding hias. Nini menceritakan, awalnya dia wanita kantoran yang tiap pagi sampai sore harus beraktivitas di depan komputer. Hingga masuk pandemi COVID-19, kantor yang ditempatinya pun terdampak, sehingga imbasnya pun ke karyawan. Salah satunya Nini terkena imbas, dengan adanya pengurangan. "Awalnya sedih, bingung mau ngapain. Tapi suami memberi dukungan, kata suami saya punya skill bisa bikin cake," sebut dua anak itu. Wanita berhijab itu pun menggali potensinya dalam membuat cake, namun hati Nini kurang srek bikin cake. aAhirnya beralih ke puding dengan konsep puding hias seperti cake atau kue tart. "Saat inikan kalau ultah atau acara-acara biasanya cake gitu. Saya berinovasi jadikan puding, saya hias jadi sekarang banyak pilihan, kalau mau ultah bisa pilih puding hias ini. Jadi tak melulu harus cake," paparnya. Puding hias ini butuh waktu, mulai dari memasak pudingnya, didiamkan hingga mengeras. Kalau yang berlapis harus dicetak, didiamkan lagi agar mengeras lagi, kemudian diberikan hiasan. Hiasannya pun beragam, bisa dari beraneka ragam buah maupun coklat, candy, hingga wafer. “Makanya saya enggak setiap hari bikinnya, hanya buat sesuai pesanan," ucapnya. Ide dari usahanya pun hanya berbekal kemampuan dari bikin cake dan diinovasikan ke puding. Ia pun terus belajar secara otodidak. "Gurunya" hanya google, youtube, dan media sosial lainnya, hingga akhirnya bisa membuat puding kekinian. Malah ia begitu senang jika para pelanggannya menyebutkan puding buatannya sudah setara dengan salah satu puding yang terkenal di negeri ini. Teksturnya begitu lembut, manisnya pas dengan berbagai jenis toping yang cantik. Istri dari Abdul Hakim ini pun mengaku cukup mampu menolong ekonomi keluarganya. Apalagi pada masa pandemi COVID-19 ini, suaminya yang seorang pegawai juga terdampak. Gajian telat, sementara kebutuhan harus tetap berjalan. Penghasilan suami pun tak cukup. Anaknya semakin besar, tentunya membutuhkan biaya yang besar pula. Nini pun akhirnya bersikap membantu keuangan keluarga. "Bisa menabung walau sedikit," sebut Nini yang menamakan usaha pudingnya “Agatha Pudding” ini. Suaminya, Hakim, juga sangat mendukung. Di kala suaminya sedang libur kerja, tak segan-segan membantunya membuat puding, bahkan mengantarkannya kepada para pelanggan. Kini, Nini diandalkan membuat puding jika ada acara-acara keluarga besarnya. "Entah arisan atau pesta, selalu pesan ke saya. Begitu pula kawan-kawan dan tetangga,” pungkasnya. Tak beda dengan Yuli Susanti. Ibu tiga anak ini membuat camilan menjadi tabungan untuk biaya-biaya tak terduga dalam rumah tangganya. “Sangat membantu sekali di masa pandemi COVID-19 ini,” akunya kepada media ini, Selasa (25/5/2021). Tiba harus membayar uang sekolah anak, membayar bulanan les anak, kini perempuan kelahiran Bontang itu telah memiliki sumber anggaran selain dari gaji sang suami. “Agak tenanglah sekarang, meskipun usaha ini tak menjadi tonggak utama perekonomian rumah tangga,” ungkap istri dari Sri Hariyanto itu. Memang, pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap semua lini kehidupan. Sebagai istri, ia pun tak ingin pasrah saja. Perempuan yang akrab disapa Yuli ini mencoba kreatif dengan skill memasaknya. Meskipun diakuinya niat berbisnis usaha makanan telah lama tercetus, bahkan jauh sebelum pandemi COVID-19. Cuma waktu itu Yuli tak pernah membayangkan sebagai usaha yang serius. Sejak sang suami sakit, Yuli dituntut untuk menyiapkan makanan sehat tanpa micin. Sejak itu juga aturan ‘tidak boleh jajan di luar’ diterapkan dalam keluarga mereka. “Saya pun mulai improvisasi membuat camilan sehat untuk suami dan anak-anak.” katanya. Eh, rupanya kata saudara dan tetangga enak. Menurutnya, usaha camilan ini bak memberi berkah bagi keluarganya. Padahal yang ia masak camilan sederhana seperti peyek dan kue bawang. Dibanderol Rp 2 ribu perbungkusnya. Bahkan telah memiliki pelanggan tetap. “Kami bahkan menamakannya sebagai camilan berkah,” sahut perempuan berhijab ini tersipu. Yuli menjamin, camilan yang ia buat sehat karena pengolahannya tanpa penyedap rasa, dan menggorengnya pun tak menggunakan minyak curah. “Insyaallah usaha saya ini menjadi besar dan bisa memberikan manfaat bagi banyak orang,” tutupnya. (bct/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: