Kaltim Rawat 6 WN India Terinfeksi COVID-19
Samarinda, nomorsatukaltim.com – Sejumlah warga negara India menjalani perawatan di berbagai fasilitas kesehatan di Kalimantan Timur (Kaltim). Mereka dilaporkan terkonfirmasi COVID-19. Meski begitu keberadaan warga India di daerah ini, bukan menjadi bagian eksodus mereka akibat corona yang kembali menggila di Negeri Bollywood itu.
Gubernur Kaltim Isran Noor mengatakan, ada 6 warga asal India yang menjalani perawatan di Samarinda. Karena terinfeksi COVID-19. "Mereka adalah pekerja kapal asal Singapura,” ujar Isran Noor. Ia menyebut 6 terkonfirmasi positif, dua dirawat di RS IA Moeis, dua di Puskesmas Sungai Siring, dan dua tetap berada di kapal. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II A Samarinda, Solihin menjelaskan, empat WN India yang sedang menjalani isolasi di Samarinda sudah dalam masa pemulihan. Dan kondisinya semakin membaik. Sementara dua lainnya, yang menjalani isolasi mandiri di kapal, karena dalan kondisi tanpa gejala (OTG). "Yang di Puskesmas Sungai Siring sudah sangat baik. Dalam 2-3 hari bisa kembali ke kapal. Yang di RS IA Moeis ada dua pasien. Satu sangat baik, satu lagi mulai membaik tapi masih butuh perawatan," jelas Solihin, saat dihubungi Disway Kaltim, Selasa (27/4). Solihin pun menjelaskan, kronologi masuknya WNA India yang terpapar COVID-19 ini. Kasus ini diketahui, ketika ada salah satu Anak Buah Kapal (ABK) yang melakukan pemeriksaan kesehatan dan memiliki gejala COVID-19. Pihak KKP kemudian melakukan langkah cepat. Dengan melakukan tracing kepada 21 ABK lainnya. Hasilnya ditemukan 5 ABK lain yang positif COVID-19. Empat di antaranya membutuhkan perawatan. Sementara 2 lainnya, tanpa gejala. Sehingga melakukan isolasi mandiri di kapal. Solihin menekankan, WNA India yang masuk ke Samarinda ini merupakan ABK yang kebetulan sedang bekerja. Bukan bagian dari WNA India yang melakukan eksodus ke Indonesia. Sehingga ia berpesan agar masyarakat tak perlu khawatir. Pihak KKP pun telah berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan pihak rumah sakit dalam pengawasan pasien. Dipastikan, saat kondisi sudah membaik, pasien akan kembali ke kapal. "Semua penanganan dan pengawasan sudah kita lakukan. Bekerja sama dengan dinas perhubungan dan kepolisian. Kapalnya juga sudah kami lakukan disinfeksi," terangnya. Saat ini, posisi kapal sedang berada di zona karantina. Posisinya di Muara Berau, sekitar 70 mil laut. Dengan temuan kasus ini, Solihin mengatakan pihak KKP akan lebih waspada lagi dalam pengamanan di pelabuhan. Jika kemungkinan kasus serupa terjadi kembali. KKP terus menjalin koordinasi dengan pihak terkait dalam upaya pencegahan COVID-19 di lingkup pelabuhan. "Apa yang mungkin sudab dijalankan dengan baik bisa ditingkatkan. Jangan sampai meresahkan masyarakat. Itu lah tugas kami," pungkasnya. Sementara itu berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Kaltim, kasus corona semakin melandai. Pada Selasa (27/4) misalnya, jumlah konfirmasi positif turun signifikan. Yakni hanya sebanyak 82 kasus. Angka kasus positif juga relatif rendah. Rata-rata di bawah 200 kasus per hari selama sepekan terakhir. Penurunan jumlah kasus konfirmasi ini, juga diikuti dengan jumlah pasien dalam perawatan. Saat ini, jumlah pasien yang dirawat sebanyak 1.766 orang. Padahal sebulan sebelumnya, jumlah pasien yang dirawat bisa mencapai 5 ribu orang. Lalu, apakah penyebab melandainya kasus COVID-19 di Kaltim ini adalah efek vaksinasi? Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim dr Swandari Paramita mengatakan, kemungkinan herd immunity masyarakat Kaltim sudah mulai terbentuk. Selain dari efek vaksin. Kekebalan kelompok juga bisa terbentuk dari banyaknya orang yang telah terpapar virus. "Kaltim mulai melandai, apa efek vaksin? Kami juga bertanya-tanya. Tapi bagaimanapun meski herd immunity sudah terbentuk, tetap hati hati jaga kesehatan. Walau angka turun tidak boleh lengah," pesannya. Gubernur Kaltim, Isran Noor turut mengapresiasi penurunan kasus COVID-19. Ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjuang dalam upaya menekan laju penyebaran kasus. Namun ia mengingatkan, masyarakat harus tetap waspada. Mengingat angka penyebaran kasus, bisa kembali meningkat kapan saja. Berkaca dari lonjakan kasus yang terjadi di India. "Di India itu, setalah diumumkan herd immunity oleh menterinya. Masyarakat tidak lagi taat prokes. Ribuan orang turun ke sungai Gangga menjalankan ritual keagamaan. Empat hari kemudian, melonjak 340 ribu kasus positif per hari. Bayangkan kalau itu terjadi pada kita?" ungkap Isran. Meski klaim penurunan kasus terus terjadi, sejauh ini pemerintah belum memberikan lampu hijau terhadap pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM). (krv/yos)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: